Selasa 11 Feb 2020 08:50 WIB

Kuasai Ritel, BRI Syariah Salurkan Pembiayaan Rp 27,3 T

Peningkatan pembiayaan ditopang oleh kinerja produk Griya Faedah dan KPR Sejahtera.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
PT Bank BRI Syariah Tbk menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 27,38 triliun pada 2019. Foto nasabah melakukan transaksi melalui ATM Bank BRI Syariah, (ilustrasi)..
Foto: Republika/Prayogi
PT Bank BRI Syariah Tbk menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 27,38 triliun pada 2019. Foto nasabah melakukan transaksi melalui ATM Bank BRI Syariah, (ilustrasi)..

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BRI Syariah Tbk menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 27,38 triliun pada 2019. Angka ini tumbuh 25,29 persen dibandingkan pada 2018 sebesar Rp 21,86 triliun. 

Direktur Bisnis Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldy mengatakan segmen ritel (SME, kemitraan, konsumer, dan mikro) menjadi pendorong pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah. Ketiganya tumbuh masing-masing sebesar 37,47 persen, 28,7 persen dan 26,09 persen. 

“Segmen konsumer, peningkatan pesat pembiayaan ditopang oleh kinerja produk Griya Faedah dan KPR Sejahtera yang merupakan program pemerintah atau dikenal dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP),” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/2).

Penyaluran Griya Faedah BRI Syariah sebesar Rp 3,59 triliun pada 2019 atau meningkat 18,55 persen dibandingkan 2018 sebesar Rp 3,03 triliun. Adapun pembiayaan KPR Sejahtera meningkat menjadi Rp 2,93 triliun atau tumbuh 37,79 persen dibanding 2018 Rp 2,13 triliun. 

Sisi pembiayaan ritel SME dan kemitraan, Qanun Lembaga Keuangan Syariah memberikan kontribusi positif. BRI Syariah mulai mengonversi pembiayaan nasabah BRI di Aceh sejak Juli 2019 dan semakin menunjukkan peningkatan pada akhir 2019. 

Akhir 2019, pembiayaan ritel SME Kemitraan tumbuh 37,47 persen. Pada segmen mikro, digitalisasi proses bisnis juga menjadi cara BRI Syariah mengakselerasi pertumbuhannya. i-Kurma (Kemaslahatan Untuk Rakyat Madani) yang diluncurkan pada November 2019 telah menunjukkan hasil, yaitu pertumbuhan pembiayaan mikro sebesar 26,09 persen.  

"Hasil ini tidak lepas dari berbagai strategi yang diterapkan manajemen 2019, antara lain digitalisasi proses bisnis (i-Kurma), rekomposisi sumber daya manusia dari lini support ke lini bisnis dan rekomposisi portofolio pembiayaan yang fokus pada core bisnis dan memiliki profil risiko rendah,” jelasnya.

Tak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, menurutnya, perbaikan kualitas pembiayaan juga menjadi perhatian perusahaan. NPF Nett sebesar 3,38 persen, membaik dari tahun sebelumnya 4,97 persen sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 80,12 persen atau masih berada pada level terjaga untuk likuiditas BRI Syariah. 

“Kami sangat serius berupaya melakukan perbaikan kualitas pembiayaan. Salah satu strateginya adalah monitoring pergerakan kualitas aktiva produktif harian secara terintegrasi,” ucapnya. 

Kemudian Dana Pihak Ketiga (DPK) BRIsyariah tercatat Rp 34,12 triliun pada 2019 atau meningkat sebesar 18,23 persen dari 2018 sebesar Rp 28,86 triliun.  

Dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) memiliki kontribusi tertinggi dalam peningkatan DPK, yaitu sebesar 53,43 persen. Tercatat CASA BRI Syariah mengalami peningkatan pada 2019 menjadi 44,21 persen dari 34,07 persen. 

BRIsyasriah mencatatkan pertumbuhan aset 13,74 persen (YoY) pada 2019 menjadi Rp 43,12 triliun dari Rp 37,87. Laba operasional sebelum pencadangan mencapai Rp 972,18 miliar tumbuh 25,16 persen dari Rp 776,77 miliar.  

Pada tahun ini, BRI Syariah akan semakin meningkatkan digitalisasi bisnisnya. Setelah meluncurkan aplikasi i-Kurma, BRI Syariah akan terus mengembangkan digitalisasi proses bisnis untuk segmen lainnya.  

“Digitalisasi dalam perbankan tidak bisa dielakkan. Kami akan terus berkembang agar dapat meraup peluang di pasar yang lebih luas,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement