Jumat 08 Nov 2019 15:15 WIB

BRI Syariah Targetkan Jadi Bank Konsumer Terbesar

Per September BRI Syariah mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp 25,56 triliun

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Jakarta, Selasa (13/5).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas melayani nasabah di salah satu kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Jakarta, Selasa (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk menargetkan untuk jadi bank syariah dengan pembiayaan konsumer terbesar di Indonesia. Direktur Bisnis Komersil BRI Syariah, Kokok Alun Akbar menyampaikan target tersebut diharapkan bisa tercapai pada 2022.

"BRI Syariah punya visi untuk menjadi bank syariah terbesar di segmen konsumer dan ritel," kata dia pada Republika, Kamis (7/11).

Baca Juga

 

Di tengah tantangan yang dihadapi perekonomian Indonesia, BRI Syariah mencatatkan outstanding pembiayaan sebesar Rp 25,56 triliun pada bulan September 2019, tumbuh 20,11 persen (yoy).

Pertumbuhan ini disokong oleh segmen ritel dan konsumer yang tumbuh sebesar 23.41 persen. Dilihat secara kuartalan, pertumbuhan pembiayaan BRI Syariah di bulan September terlihat lebih signifikan yakni tumbuh 6,47 persen dibanding posisi Juni 2019.

Pertumbuhan ditopang oleh segmen konsumer yang tumbuh 11,82 persen, dan ritel sebesar 18,03 persen pada periode yang sama. "Kita punya andalan di segmen konsumer, sehingga pembiayaan bisa tetap tumbuh di atas rata-rata industri," kata dia.

Secara umum, pertumbuhan pembiayaan didorong oleh dua segmen, konsumer dan komersial. Namun mayoritas konsumer yang bisa tumbuh hingga 29 persen (yoy). BRI Syariah mengandalkan pembiayaan pemilikan rumah atau KPR, rumah subsidi dalam FLPP dan pembiayaan berbasis gaji.

Menurutnya, perlambatan ekonomi global tidak berdampak signifikan pada segmen konsumer yang disasar BRI Syariah. Untuk KPR, permintaan untuk rumah di bawah Rp 1 miliar masih tetap tumbuh, begitu juga dengan FLPP.

"Meskipun ada beberapa sektor terkena dampak, di ceruk-ceruk ini masih tumbuh tinggi, segmen ini yang memang kita serius garap di sana" kata pria yang akrab disapa Alun ini.

Untuk mencapai visi, BRI Syariah juga mulai serius menggarap potensi salary base income untuk diberikan pembiayaan. Emiten BRIS ini menggaet lebih banyak lembaga, pemerintahan, instansi dalam pembayaran payroll.

Selain menjadi potensi pembiayaan, ini juga membantu meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Alun mengatakan BRI Syariah juga meningkatkan teknologi dalam transaksional sehingga lebih banyak dana berputar di dalam bank.

"Untuk perkuat DPK, kita memperkuat transactional banking, kedepan kita akan jadi bank transaksional, sehingga kita kuatkan IT," katanya.

Kemudahan transaksi ini juga membantu menarik potensi bisnis lain. Seperti saat ini BRI Syariah juga dipercaya untuk penempatan dana rekening khusus (reksus) sebesar Rp 8 triliun oleh Kementerian Keuangan.

Setelah menjual sukuk ritel pemerintah, dananya ditempatkan kembali di BRI Syariah untuk kebutuhan transaksi proyek sukuk. Alun mengatakan mereka mengembangkan pembiayaan close system sehingga tidak banyak dana yang keluar dari bank syariah.

BRI Syariah juga mengembangkan sistem transaksi pendidikan untuk ekosistem sekolah end to end. Kemudian meluncurkan produk tabungan untuk pelajar, mahasiswa untuk meningkatkan dana murah (CASA) dari DPK.

"Per Oktober kita di posisi 38 persen, targetnya tahun ini 40 persen, ini naik turun karena bulan lalu kita tercapai 41 persen," katanya.

Jika melihat tren CASA dari tahun ke tahun terpantau terus meningkat. Untuk mencapai misi, Alun menargetkan CASA akan mencapai 60 persen pada 2022 dan diharapkan sudah bisa menjadi bank syariah dengan segmen konsumer terbesar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement