Ahad 09 Feb 2020 19:44 WIB

IPO Anak Usaha BUMN Hadapi Tantangan Berat

Performa saham anak usaha BUMN yang telah listing kebanyakan negatif.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Dwi Murdaningsih
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berencana menggelar penawaran umum perdana Saham atau initial public offering (IPO) pada tahun ini dinilai akan menghadapi tantangan yang cukup berat. Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengatakan minat pasar terhadap saham-saham BUMN tahun ini terbilang rendah.

Hal tersebut lantaran performa saham anak usaha BUMN yang telah listing kebanyakan negatif.  "Semua anak usaha BUMN yang listing saat ini semuanya punya performa saham yang kurang bagus, harga saat ini dibawah harga IPO. Padahal banyak yang fundamentalnya sangat bagus," kata Alfred, Ahad (9/2).

Baca Juga

Alfred melihat saat ini ada banyak sentimen yang memberatkan saham-saham BUMN. Salah satunya sentimen negatif yang melanda PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Perusahaan dengan kode saham JSMR ini mendapat intervensi dari pemerintah soal tarif tol.

BUMN lainnya yang juga terpengaruh sentimen negatif yaitu PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Saham perseroan anjlok lantaran kebijakan pemerintah yang akan menurunkan harga gas per 1 April 2020.  Menurut Alfred, kondisi tersebut cukup membebani emiten-emiten yang memiliki afiliasi dengan BUMN. Alfred mengatakan intervensi pemerintah ini akan membuat presepsi negatif terhadap BUMN dan berimbas kepada anak usaha BUMN.

Di sisi lain, lanjut Alfred, minat pasar juga bergantung pada harga yang ditawarkan. Untuk membuat minat pasar tinggi, menurut Alfred, anak usaha BUMN harus rela memberikan harga yang murah.

"Kalau bicara minat pasar terhadap IPO pada umumnya melihat fundamental (historis dan prospek) serta valuasi yang ditawarkan. Jadi sektor apapun selagi fundamental baik dan valuasi murah tentu menjadi pilihan bagi pasar," kata Alfred.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement