REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 sebesar 5,02 persen dipengaruhi beberapa faktor. Nilai tersebut menurun dari 5,17 persen pada 2018.
Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo menyampaikan konsumsi merupakan salah satu penopang pertumbuhan. Nilainya turun meski tipis dari dua tahun lalu.
"Permintaan domestik jadi faktor pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02 persen," katanya di kompleks BI, Jakarta, Jumat (7/2).
Investasi bangunan stagnan sebesar 9,1 persen di tahun 2019. Menurutnya, ini sangat terkait dengan proyek strategis pemerintah sehingga tidak berbeda jauh dari pada 2018.
BI berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk mendorong sektor riil. Harapannya investasi akan tumbuh signifikan pada semester dua sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih baik.
"Kemungkinan di semester kedua jauh lebih baik dan mendorong ekspor kita dan tentu kita optimis untuk ekonomi 2020 di kisaran 5,1 persen-5,5 persen mengarah di pertengahan 5,3 persen," katanya.
BI melihat ada prospek ekonomi akan membaik pada 2020, meski pertumbuhan di sejumlah negara melambat karena faktor global. Investasi berprospek membaik seiring dengan confidence yang meningkat.
Dody menyampaikan pasar keuangan Indonesia masih menarik bagi investor. Terbukti dengan aliran modal masuk yang sangat besar, salah satunya melalui lelang Surat Berharga Negara (SBN).
Indonesia juga mendapat perbaikan rating investasi pekan lalu dari Japan Credit Rating (JCR). Ini dicatat sebagai faktor positif agar investor melakukan penempatan dana di Indonesia.