Kamis 06 Feb 2020 11:43 WIB

Mengalami Kerugian, Etihad Airways Jual 38 Pesawat

Etihad Airways memiliki armada 102 pesawat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nidia Zuraya
Etihad Airways
Foto: EPA
Etihad Airways

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Maskapai Etihad Airways akan menjual 38 pesawat ke perusahaan investasi dan perusahaan leasing dalam kesepakatan senilai 1 miliar dolar AS. Ini merupakan langkah pemotongan biaya terbaru oleh maskapai nasional Uni Emirat Arab.

Etihad mengatakan, akan menjual 38 pesawat, yakni 22 unit Airbus A330 dan 16 unit Boeing 777-300ER, dalam kesepakatan dengan perusahaan investasi KKR dan perusahaan leasing Altavair AirFinance. KKR mengatakan bahwa Boeing 777-300ER akan disewakan kembali ke Etihad setelah pembelian pada awal 2020, sementara Airbus A330 akan dikirim ke klien internasional.

Baca Juga

Dilansir laman AP, Rabu (5/2), Etihad menggambarkan langkah itu sejalan dengan tahun ketiga program transformasi.

"Kesepakatan itu menawarkan fleksibilitas kepada kami sambil memastikan bahwa kami mendukung target keberlanjutan kami dan mempertahankan armada pesawat yang paling efisien bahan bakar, berteknologi maju," kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.

Etihad memiliki armada 102 pesawat. Maskapai tidak lagi memiliki Airbus A330 di antara armadanya, setelah mengatakan akan mulai mengurangi pesawat tipe itu. Sebanyak 16 Boeing 777 yang akan dijual dan disewakan kembali mewakili 15 persen dari armada saat ini.

Sejak 2016, Etihad telah kehilangan 4,75 miliar dolar AS karena strateginya untuk secara agresif membeli saham di maskapai penerbangan dari Eropa ke Australia untuk bersaing dengan Emirates dan Qatar Airways, membuat perusahaan tersebut mengalami kerugian besar.

Etihad tercatat merugi 1,28 miliar dolar AS pada 2018. Hingga kini perusahaan belum merilis laporan kinerja keuangan untuk 2019.

Sejak tahun 2016, maskapai telah memulai inisiatif pemotongan biaya dan baru-baru ini mengumumkan akan merestrukturisasi pembelian pesawat yang direncanakan dari Airbus dan Boeing.

Maskapai ini melaporkan pendapatan 5,86 miliar dolar AS pada 2018, turun dari 6 miliar dolar AS pada 2017. Maskapai ini menerbangkan 17,8 juta penumpang tahun lalu, turun dari 18,6 juta pada tahun sebelumnya.

Sebelumnya, Etihad melaporkan kerugian sebesar 1,52 miliar dolar AS untuk 2017 dan 1,95 miliar dolar AS pada 2016. Maskapai menyalahkan kondisi pasar yang menantang dan efek dari kenaikan harga bahan bakar sebagian untuk kerugian pada 2018.

Para penguasa Abu Dhabi meluncurkan Etihad pada tahun 2003, bersaing dengan maskapai penerbangan milik Pemerintah Dubai yang didirikan yang terbang keluar dari Bandara Internasional Dubai hanya berjarak 115 kilometer. Pada 2018, Etihad mulai meminjamkan pilot ke Emirates di bawah program baru.

Baik Emirates maupun Etihad telah mengalami kerugian oleh larangan perjalanan Presiden AS Donald Trump yang memengaruhi negara-negara mayoritas Muslim. Bahkan dengan Bandara Internasional Abu Dhabi yang memiliki fasilitas bea cukai AS dan Perlindungan Perbatasan AS, yang memungkinkan penumpang yang tiba dari AS mendapat pelayanan prioritas. Ini adalah satu-satunya fasilitas untuk penumpang asing yang ada di negara Timur Tengah.

Kedua maskapai terus terbang ke China di tengah merebaknya virus corona baru, bahkan saat maskapai Barat dan Arab lainnya berhenti. Pada Senin, otoritas penerbangan sipil UEA menghentikan semua penerbangan ke China, kecuali bagi mereka yang pergi ke Beijing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement