REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Peruri memenangkan proyek pencetakan uang kertas dari Banco Centra de Reserva de Peru (BCRP) atau Bank Sentral Peru. Perjanjian kerja sama untuk mencetak Soles, mata uang Peru, itu telah diteken oleh Dirut Peruri Dwina Septiani Wijaya dan Manager of Currency Management Departement BCRP Javier Gutierrez Gonzales di kantor BCRP, Lima, Peru, Selasa (4/2).
"Pencapaian ini sangat menggembirakan bagi seluruh insan Peruri, mengingat persaingan dalam proses tender sangat ketat," kata Direktur Utama Perum Peruri Dwina Septiani Wijaya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.
Hal itu, menurut Dwina, membuktikan bahwa Peruri sebagai BUMN mampu bersaing di kancah internasional. Kepercayaan BCRP menunjukkan BUMN bidang percetakan uang dari Indonesia memiliki kualitas permesinan dan kapasitas produksi yang mumpuni.
Menurut Dwina, proses tender yang memakan waktu selama kurang lebih dua bulan. Peruri melalui persaingan yang kompetitif dengan perusahaan-perusahaan kelas dunia lainnya, yaitu Gisecke & Devrient (Jerman), Oberthur (Perancis), De La Rue (Inggris), Goznak (Rusia), dan PWPW (Polandia).
Keberhasilan Peruri pada proses tender ini diumumkan melalui surat ketetapan pada 26 Desember 2019. Dalam perjanjian tersebut disebutkan bahwa Peruri akan mencetak tiga pecahan mata uang Peru yaitu Soles 10, Soles 20, dan Soles 50 dari total empat denominasi yang digunakan di Peru.
Proyek pencetakan uang kertas Peru ini merupakan nilai tertinggi sepanjang sejarah Peruri dengan nilai proyek sebesar Rp 260 miliar. Selain itu, pekerjaan ini merupakan proyek dengan jarak geografis terjauh karena berada di Amerika Selatan.
"Proses produksi akan dimulai pada Juni 2020 dan pengiriman pertama akan dilakukan pada November 2020," ucap Dwina.