Rabu 29 Jan 2020 18:48 WIB

Layanan Bongkar Muat Alat Berat IPCC Meningkat

IPCC mencatat ekspor naik 36,59 persen pada tahun lalu

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Deretan mobil baru siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Deretan mobil baru siap ekspor terparkir di PT Indonesia Kendaraan Terminal atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) Tbk saat ini mukai mengalami peningkatan layanan bongkar muat alat berat. Sekretaris Perusahaan IPCC Sofyan Gumelar mengatakan penurunan pada Desember 2019 berkurang jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

"Tercatat jumlah kendaraan alat berat yang ditangani oleh IPCC pada Desember 2019 sebanyak 14.244 unit kendaraan atau naik tipis 9,12 persen secara tahunan dibandingkan pencapaian di tahun sebelumnya sebanyak 13.053 unit alat berat," kata Sofyan, Rabu (29/1).

Baca Juga

Dia menjelaskan angka pertumbuhan dinilai lebih baik dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang cenderung turun 26,82 persen dari tahun ke tahun. Dari jumlah tersebut, kata Sofyan, secara proporsional terdiri dari alat berat yang ditangani di lapangan internasional berjumlah 923 unit dan 13.321 unit di lapangan domestik.

Secara tahunan, Sofyan mengatakan unit alat berat yang ditangani di lapangan internasional mengalami penurunan 48 persen menjadi 923 unit dari 1.775 unit pencapaian di tahun sebelumnya. Meskipun begitu, Sofyan mengatakan angka tersebut naik 14,09 persen dibandingkan di bulan November 2019 yang tercatat 809 unit.

Selain itu IPCC mencatat ekspor naik 36,59 persen menjadi 489 unit dari 358 unit di periode yang sama di tahun sebelumnya. Senentara untuk impor tercatat turun 69,37 persen dari 1.417 unit di tahun sebelumnya menjadi hanya 434 unit.

"Penurunan impor ini, seperti yang disampaikan di awal, disebabkan belum pulihnya terutama sektor pertambangan yang memiliki berbagai alat berat dengan dimensi atau ukuran jumbo dan juga sektor perkebunan hingga infrastruktur yang berimbas pada permintaan alat-alat berat dalam negeri," ungkap Sofyan.

Sementara itu, Sofyan mengatakan dari lapangan domestik terlihat mulai danya peningkatan aktivitas layanan bongkar muat alat berat yang meningkat 18,11 persen YoY dibandingkan periode yang sama di tahun. Bahkan peningkatan 18,11 persen tersebut membaik dibandingkan pertumbuhan pada November 2019 yang tercatat turun 24,95 persen (yoy) di level 12.967 unit.

Dari sisi perhitungan secara akumulasi, IPCC mencatat pencapaian sepanjang 2019 mencapai 12.877 unit alat berat di terminal Internasional. Angka tersebut menujukkan penurunan 40,38 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 21.600 unit alat berat.

"Dari jumlah tersebut, pencapaian sebanyak 4.129 unit disumbang dari kegiatan pelayanan bongkar muat ekspor atau tercatat melemah 19,79 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebanyak 5.148 unit alat berat," jelas Sofyan.

 

Dia mengharapkan kondisi pelemahan tersebut dapat bersifat sementara dimana kegiatan dari infrastruktur dan aktivitas di sektor perkebunan dan pertambangan dapat pulih. "Sehingga dapat berimbas positif pada meningkatnya aktivitas layanan bongkar muat dan pengantaran alat berat di lapangan terminal IPCC ke depannya," ungkap Sofyan.

Penurunan tersebut menurutnya juga terimbas kondisi global, terutama pada sektor perkebunan, pertambangan, kehutanan, hingga konstruksi yang menunjukan gejala perlambatan aktivitas. Menurunnya sejumlah harga komoditas yang dimotori harga batu bara seiring dengan persepsi turunnya angka perekonomian global yang terselimuti dengan ketidakjelasan penyelesaian perang dagang antara China dan Amerika Serikat membuat kinerja sejumlah perusahaan bata bara dan komoditas tambang lainnya mengalami penurunan penjualan dan marjin pertumbuhan sehingga permintaan akan alat-alat beratpun kian rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement