Rabu 22 Jan 2020 20:30 WIB

Ghana dan Filipina akan Beli Produk PT Pindad

Pengembangan industri pertahanan dalam negeri akan terus dilakukan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Ghana dan Filipina berencana membeli produk Pindad. Ilustrasi Recon Vehicle 4x4 Komodo produksi PT Pindad.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Ghana dan Filipina berencana membeli produk Pindad. Ilustrasi Recon Vehicle 4x4 Komodo produksi PT Pindad.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono, menyebutkan dua negara yang bekerja sama dengan Indonesia terkait jual beli produk industri pertahanan dalam negeri, PT Pindad. Kedua negara itu, yakni Ghana dan Filipina.

"Salah satunya prospek itu yang sudah eksekusi tapi akan lebih besar lagi itu Ghana, Afrika. Terus juga beberapa negara Afrika. Kemudian yang berikutnya ASEAN itu Filipina," jelas Sakti di sela meninjau pameran alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (22/1).

Baca Juga

Ia mengatakan, kedua negara tersebut bekerja sama jual beli barang milik PT Pindad. Ini diharapkan mendukung industri pertahanan dalam negeri. Meski belum dapat memastikan jumlah yang diperjualbelikan, ia menyebutkan, Filipina memesan tank yang dibuat oleh PT Pindad.

"Ghana itu produknya Pindad. Kalau Filipina itu Pindad. Iya, sudah pasti. Kalau Filipina itu tank," tuturnya.

Sakti mengatakan, pengembangan industri pertahanan dalam negeri akan terus dilakukan. Hal tersebut, kata dia, dapat diarahkan untuk mendukung kebutuhan postur pertahanan nirmiliter.

"Pengembangan industri pertahanan dalam negeri berpeluang diarahkan untuk mendukung kebutuhan postur pertahanan nirmiliter. Apabila semua kebutuhan ini dapat dipenuhi oleh industri pertahanan, maka selanjutnya dapat dikembangkan untuk mendukung kebutuhan sipil," jelas Sakti saat membuka Rapim Kemhan 2020 di Kemhan, Jakarta Pusat, Rabu (22/1).

Ia mengatakan, Kemhan selalu berupaya untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri. Itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI dan menunjang kemandirian Industri Pertahanan.

"Kebijakan ini diambil sejalan dengan visi Bapak Presiden RI terkait dengan kebijakan pembangunan teknologi dan industri pertahanan," katanya.

Sakti menjelaskan, kegiatan rapim merupakan suatu kegiatan strategis dalam mengevaluasi pelaksanaan program kerja Tahun Anggaran (TA) 2019 serta menelaah proyeksi keberhasilan program kerja TA 2020. Menurutnya, Rapim Kemhan 2020 sangat penting karena merupakan rapim pertama pada periode pemerintahan saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement