Rabu 18 Dec 2019 22:13 WIB

Garuda Indonesia Cari Pendanaan, Ini Alasannya

Garuda berencana mencari dana Rp 12,6 triliun lewat sukuk, priavet placement dan P2P

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pesawat Garuda Indonesia (ilustrasi)
Foto: Reuters
Pesawat Garuda Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Indonesia Tbk tengah mengupayakan pencarian dana untuk membayar utang. Garuda berharap dapat memperoleh dana segar sebesar 900 juta dolar AS atau setara Rp 12,6 triliun.

Untuk keperluan tersebut, Garuda pun menyiapkan tiga cara pendanaan. Diantaranya melalui penerbitan global sukuk, pendanaan melalui private placement serta pendanaan melalui skema peer-to-peer lending.

Lebih rinci, perusahaan berencana menerbitkan global sukuk sebesar 750 juta dolar AS yang akan dilakukan melalui perusahaan penerbit luar negeri. Penerbitan ini pun dijadwalkan jatuh tempo pada 2024 mendatang.

Sedangkan pendanaan melalui private placement ditargetkan dapat mengumpulkan dana sebanyak-banyaknya 750 juta dolar AS. Instrumen ini juga akan jatuh tempo selambat-lambatnya pada 2024.

Terakhir, melalui skema peer to peer lending perusahaan berharap dapat pendanaan senilai 500 juta juta dolar AS. Dari transaksi ini, perusahaan nantinya akan membayarkan bunga setiap tiga bulan sekali.

Sebelum melancarkan aksi korporasi tersebut, Garuda rencananya akan meminta restu pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan pada 22 Januari 2019 mendatang.

Berdasarkan laporan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/12), Garuda Indonesia memiliki hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun sebesar 1,636 juta dolar AS. Selain itu, perusahaan juga tercatat memiliki utang jatuh tempo di atas satu tahun sebesar 77 juta dolar AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement