REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan memproyeksikan defisit APBN pada tahun ini sebesar 2,2 persen dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB). Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menjelaskan untuk bisa menekan defisit yang lebih lebar maka kementerian diimbau untuk melakukan penghematan.
Suahasil menjelaskan defisit ini terjadi karena penerimaan negara lebih rendah daripada belanja negara. Sehingga, jelang akhir tahun ini para kementerian lembaga untuk tidak membuat pengeluaran yang besar.
"Kementerian dan lembaga agar tidak keluarkan yang tidak perlu. Biasanya nggak pernah kekurangan ide brilian bikin program baru, bikin ini, bikin ini," ujar Suahasil di Kemenkeu, Selasa (10/12).
Ia juga meminta kepada kementerian dan lembaga untuk bisa selektif dalam membuat program. Apalagi dalam kondisi pelemahan ekonomi seperti saat ini kementerian lembaga perlu melakukan efisiensi.
"Kita perlu melakukan efisiensi semaksimal mungkin," ujar Suahasil.
Suahasil juga bicara soal fungsi APBN, yaitu alokasi. Lewat fungsi ini, APBN menjadi efektivitas perekonomian. Kedua, distribusi, yaitu anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
"Perasaan antara pusat dan daerah, wilayah kaya miskin ini adalah peranan APBN," tuturnya.
Selanjutnya ada fungsi stabilisasi. APBN menjadi alat penyeimbang di saat ekonomi sedang melemah. Di saat ekonomi melesat, APBN menjadi penyeimbang dan begitu juga sebaliknya.
"Kalau pesta terus, piring kotor tambah banyak, cuci makin susah," katanya.