Jumat 29 Nov 2019 09:25 WIB

Ekonomi Bakal Sulit, Jokowi: Bersyukur Masih Bisa Tumbuh

Menurut Jokowi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya kalah dari China dan India.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2019 di Jakarta, Kamis (28/11/2019) malam.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2019 di Jakarta, Kamis (28/11/2019) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi perekonomian global diproyeksikan masih akan sulit pada tahun depan. Meski demikian, pemerintah berkomitmen untuk bertahan dari ancaman penurunan pertumbuhan ekonomi seperti yang terjadi di beberapa negara.

Presiden Joko Widodo, menyampaikan Indonesia harus bersyukur karena masih bisa tumbuh. "Kita masih bisa tumbuh di atas lima persen itu udah syukur, kalau tidak bersyukur namanya kufur nikmat," kata Presiden dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (29/11) malam.

Baca Juga

Jokowi mengatakan untuk ukuran negara G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya kalah dari China dan India. Indonesia berada di posisi ketiga, satu tingkat di atas Amerika Serikat. Tahun depan, ia optimis ekonomi Indonesia bisa tetap bertahan.

Pada kesempatan tersebut ia memuji koordinasi antara tiga punggawa ekonomi, Menteri Keuangan, Gubernur BI, dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan. Menurutnya, tanpa komunikasi yang klik, maka kebijakan ekonomi makro tidak akan saling menyokong.

Jokowi menegaskan, pemerintah akan memfokuskan pertumbuhan dari sektor swasta. Karena peran APBN pada pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 14-17 persen. Ia memerintahkan proyek-proyek di tanah air lebih dulu dikerjakan oleh swasta.

"Jangan dikit-dikit diambil BUMN, kasih swasta dulu, kalau swasta tidak bisa baru kita," katanya.

Sementera itu Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan sikap optimisme bahwa prospek ekonomi Indonesia 2020 tetap terjaga dengan momentum pertumbuhan yang tetap berlanjut. Menurutnya, Indonesia  telah mempersiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi masa paceklik ekonomi global yang masih akan terjadi pada 2020.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 kita perkirakan meningkat dari 2019 dalam kisaran 5,1-5,5 persen," kata Perry.

Optimisme tersebut muncul karena inflasi 2020 diproyeksi tetap terkendali sesuai sasaran 3,0 persen plus minus satu persen. Selain itu, defisit transaksi berjalan 2020 di dalam kisaran 2,5-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Surplus transaksi modal dan finansial diproyeksi tetap besar sehingga mendukung stabilitas eksternal. Nilai tukar Rupiah pada 2020 diprakirakan bergerak stabil. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2020 perbankan diprakirakan mencapai 8-10 persen.

Sementara pertumbuhan kredit diprakirakan mencapai 10-12 persen. Perry menyampaikan pendorong pertumbuhan 2020 tetap pada konsumsi dan investasi. BI juga berkomitmen untuk terus mengeluarkan kebijakan moneter yang akomodatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement