REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kesekretariatan Perusahaan PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) (Persero) Yahya Kuncoro mengatakan permasalahan muatan balik kapal tol laut yang belum berjalan secara maksimal dialami oleh semua operator, tidak hanya Pelni. "Hal tersebut karena daerah tujuan kapal tol laut bukanlah daerah maju ataupun daerah penghasil industri yang menjadi kebutuhan rutin," kata Yahya, Rabu (19/11).
Dia menjelaskan daerah tujuan kapal tol laut merupakan wilayah terpencil dan terluar yang jumlah penduduknya sedikit. Belum lagi, akses terhadap kebutuhan pokok juga dipastikan terbatas.
"Potensi muatan balik berupa ikan laut, hasil hutan dan perkebunan yang tidak terlalu banyak,” ujar Yahya.
Dia menambahkan beberapa potensi muatan balik terkait hasil pertanian dan perkebunan memiliki masa panen, waktu tanam ,dan waktu panen yang rentangnya cukup jauh. Untuk itu, Yahya menilai kurang bijak jika hanya Pelni yang dituduh belum berhasil dalam muatan balik.
Ia menambahkan, seluruh kapal tol laut diinisasi Kementerian Perhubungan terbelenggu dengan muatan balik. "Tidak logis bila mengukur keberhasilan tol laut hanya dengan ukuran muatan balik sebagai keberhasilan tol laut," tutur Yahya.
Dia menegaskan dangat sediki penduduk yang dilayani dan keterbatasan infrastruktur di daerah tujuan tol laut. Menurutnya tol laut sulit diukur dengan volume barang yang diangkut, utamanya untuk muatan balik yang volumenya masih kecil.
"Jadi mengukur kinerja tol laut bukan hanya sebatas berapa banyak muatan balik yang diangkut, tapi berapa jiwa dapat disejahterakan di pelosok nusantara," ungkap Yahya.