Rabu 20 Nov 2019 17:10 WIB

KNKS Berkomitmen Hidupkan Kembali BMT

BMT harus mengikuti tren digitalisasi dan memiliki lembaga penjamin simpanan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
Direktur Eksekutif Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Ventje Rahardjo memberikan kata penutup pada acara Islamic Digital Day 2019 di Jakarta, Senin (16/9).
Foto: Republika/Prayogi
Direktur Eksekutif Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Ventje Rahardjo memberikan kata penutup pada acara Islamic Digital Day 2019 di Jakarta, Senin (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) berkomitmen untuk menghidupkan kembali Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Direktur Eksekutif KNKS, Ventje Rahardjo mengatakan keberadaan BMT cukup signifikan dalam ekosistem keuangan syariah.

"BMT jumlahnya mencapai lebih dari 5.000 di seluruh Indonesia, ini warisan yang menurut saya perlu kita jaga, kembangkan dan pertahankan," kata dia dalam Indonesia Islamic Microfinance Leaders Forum di Aryaduta Hotel, Jakarta, Rabu (20/11).

Ventje menyampaikan BMT banyak dilirik oleh berbagai negara di dunia. Modelnya dinilai tepat untuk skema pembiayaan segmen mikro sehingga banyak dipelajari oleh sejumlah negara.

Ia menambahkan, BMT telah membuat Indonesia meloncat dari ranking enam ke ranking satu dalam Global Islamic Finance Review 2019. Ini karena jumlahnya yang besar membuat Indonesia jadi negara dengan lembaga keuangan syariah paling banyak di dunia.

Secara khusus, Masterplan Ekonomi Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) juga menyebutkan strategi untuk pengembangan UMKM melalui keuangan syariah dan digitalisasi. Sementara peran BMT sendiri yakni sebagai lembaga keuangan syariah dengan fokus pengembangan segmen mikro.

"Yang diperlukan saat ini adalah digitalisasi," kata dia.  

Ventje mengatakan KNKS mendorong agar BMT berkolaborasi dengan platform teknologi finansial. Ini semata untuk menjawab tantangan zaman yang mengarah pada digitalisasi pembiayaan. Digitalisasi dipercaya akan mempertajam peran BMT.

Direktur Bidang Keuangan Inklusif, Dana Sosial Keagamaan, dan Keuangan Mikro Syariah KNKS, Ahmad Juwaini menyepakati bahwa model operasional BMT perlu ditingkatkan. Sebagai langkah awal, KNKS meluncurkan buku rekomendasi Kebijakan Pengembangan dan Penguatan Keuangan Mikro Syariah di Indonesia.

"Buku ini kami anggap sebagai bahan pembelajaran dan memiliki beberapa standar dan rekomendasi pengembangan BMT," kata dia.

Salah satu rekomendasi di dalamnya adalah BMT memiliki lembaga penjamin simpanan. Selain itu, buku juga menyebut kebutuhan apex untuk BMT. Namun perlu kajian lebih dalam dan teknis terkait tata managemen lembaga tersebut.

Pelaku dan penggerak keuangan mikro syariah yang juga Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional Republik Indonesia, Aries Muftie menyampaikan rencana pembentukan apex sudah berhembus sejak 15 tahun lalu. Teorinya mudah dijelaskan namun praktiknya sangat sulit terwujud hingga saat ini.

Aries menilai ini adalah tugas KNKS untuk membentuk apex sebagai upaya menghidupkan kembali BMT. KNKS punya tanggung jawab membuat sistem yang rigid dan baik agar BMT tidak banyak yang gugur dalam beberapa tahun kedepan.

Aries menilai BMT harus disatukan, membuat holding agar bisa menopang satu sama lain. BMT butuh pengayom, penjamin, dan penggerak. Dengan bersatu, maka aset BMT akan lebih besar dan punya ketahanan lebih saat menyalurkan pinjaman.  

"Sepanjang BMT sendiri-sendiri, itu tidak akan bisa, akan berguguran tidak sampai lima tahun," kata dia.

Digitalisasi juga akan menjadi solusi tersendiri untuk memperkuat kinerja. Ia mencontoh apex yang sudah canggih berdiri di Malaysia. Apex tersebut bisa membuat sistem teknologi untuk scoring nasabah dengan nilai akurasi hingga lebih dari 90 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement