Jumat 15 Nov 2019 12:29 WIB

Menhub Ungkap Potensi Pelabuhan Benoa untuk Pariwisata

Penumpang cruise yang datang ke Pelabuhan Benoa bisa jadi salah satu sumber potensi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Bali Wayan Koster menjelaskan mengenai pembahasan pengembangan Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (15/11).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Gubernur Bali Wayan Koster menjelaskan mengenai pembahasan pengembangan Pelabuhan Benoa, Denpasar, Jumat (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi hari ini (15/11) meninjau proses pengembangan Pelabuhan Benoa yang sebelumnya sempat dihentikan namun sudah kembali berjalan. Budi mengungkapkan banyak potensi yang bisa didapatkan dengan pengembanga Pelabuhan Benoa, khususnya untuk sektor pariwisata di Bali. 

"Benoa ini sangat penting terutama berkaitan dengan pariwisata karena hampir setiap bulan ada dua kali kapal cruise datang ke sini," kata Budi di Pelabuhan Benoa, Jumat (15/11). 

Budi menjelaskan penumpang kapal cruise yang datang ke Pelabuhan Benoa bisa menjadi salah satu sumber potensi. Sebab, kata dia, satu penumpang kapal cruise terdapat seribu penumpang namun tidak bisa bersandar di Pelabuhan Benoa karena belum mencukupi fasilitasnya. 

Untuk itu, Budi menilai pengembangan Pelabuhan Benoa tersebut nantinya dapat membuat cruise dengan kapasitas tersebut bisa bersandar di Pelabuhan Benoa. "Bayangin kalau mereka datang sebulan dua kali berarti ada 2.500 lebih dan itu memang harus ditangani," ungkap Budi. 

Sementara itu, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) Doso Agung mengatakan sudah mempersiapkan dermaga yang melayani dengan baik. Doso memastikan Pelindo III sebagai pengelola dan yang mengembangagkan Pelabuhan Beni lebih profesional sehingga Bali sebagai destinasi wisata tambah hebat. 

Doso menjelaskan apabila dermaga Pelabuhan Benoa nanti sudah selesai dibangun maka kapal cruise yang bersandar dapat dikelola secara lebih profesional. Menurut Doso, penumpang cruise juga dapat didorong untuk menikmati wisata di luar kapal. 

Doso menambahkan rata-rata sandar kapal cruise bersandar antara enam hingga delapan jam sehingga dengan pengelolaan yang profesional bisa menjadi potensi yang besar. "Mulai dari upacara penyambutan, atraksi, transportasi ke tempat-tempat wisata menarik dan sentra suvenir di luar pelabuhan, mereka dapat menggerakkan industri pariwisata," jelas Doso. 

Selama ini, kata-kata Doso, kapal-kapal tersebut tidak dapat sandar dan wisatawan harus diangkut dengan kapal-kapal yang lebih kecil. Hal tersebut yang membuat para penumpag juga enggan turun ke darat menikmati indahnya Bali.

Selain potensi pariwisata, menurut Doso penyediaan logistik untuk kebutuhan kapal juga menjadi peluang bisnis yang sangat besar. Hal utu menurutnya dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha dan masyarakat di Bali. 

"Kita bisa bayangkan, setiap kapal itu rata-rata mengangkut sekitar 2.000 wisatawan dan 1.500 kru. Selama ini kebutuhan logistik itu mereka cukupi di luar negeri, terutama Singapura. Padahal, setiap tahunnya berdasarkan catatan kami tahun 2019 saja, ada 79 kapal cruise yang bersandar di Pelabuhan Benoa," jelas Doso. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement