Rabu 13 Nov 2019 21:40 WIB

Kemenperin: Impor Bahan Baku Kosmetik Bisa Ditekan

Tahun depan industri kosmetik nasional ditargetkan bisa tumbuh hingga 9 persen.

Kosmetik (ilustrasi)
Kosmetik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian optimistis mampu menekan impor bahan baku industri kosmetik. Keyakinan ini dikarenakan banyaknya bahan baku alami di Indonesia yang dapat digunakan untuk membuat kosmetik.

“Realistis ya, sekarang kalau kita passing grade dengan pertumbuhan kinerja ekspor impor, mungkin 5-10 persen turunnya, karena pertumbuhan ekonomi juga berkisar di 5 persen, jadi masih reasonable,” kata Direktur IKM Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin E Ratna Utarianingrum di acara Cosmetic Day di fX Sudirman, Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Ratna memaparkan industri kosmetik membutuhkan beberapa zat aditif untuk memberikan efek tertentu pada kosmetik dan masih belum dapat diproduksi di dalam negeri. Menurutnya, rantai produksi kosmetik cukup panjang dari hulu ke hilir, yang di tengahnya terdapat proses untuk menghasilkan bahan baku siap pakai.

“Nah, sumber bahan bakunya kita sebenarnya punya, tetapi untuk menjadi produk yang siap pakai di industri kosmetik itu perlu teknologi, yang kita belum miliki, sehingga harus impor,” ujar Ratna.

Kendati demikian, Ratna menyampaikan bahwa Kemenperin berupaya menarik industri yang mampu memproses bahan baku dari dalam negeri menjadi bahan baku antara di sektor kosmetik.

“Tentu, bagaimana agar terjadi rantai pasok yang bagus, memang pohon industrinya itu perlu diisi yang bolong-bolong itu, di situlah investasi mesti ditanamkan. Investasi yang besar di industri ini diharapkan akan menstimulasi industri yang kecil-kecil,” kata Ratna.

Untuk itu, Kemenperin akan memetakan pohon industri kosmetik dari hulu hingga ke hilir, sehingga mampu melakukan intervensi investasi yang tepat sasaran. Dengan demikian, target untuk membidik pertumbuhan industri kosmetik hingga 9 persen pada 2020 akan dapat terwujud, di mana pada 2019 angkanya ditargetkan mencapai 7,5 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement