Sabtu 09 Nov 2019 13:23 WIB

Semen Indonesia Maksimalkan Pasar Ekspor

Kebutuhan semen di pasar dalam negeri hanya 70 juta ton.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Gita Amanda
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk Sigit Wahono
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan PT Semen Indonesia Tbk Sigit Wahono

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- PT Semen Indonesia Tbk terus berupaya memaksimalkan pasar ekspor, seiring kondisi pasar semen dalam negeri saat ini tidak terlalu menggembirakan. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kapasitas semen di Tanah Air telah mencapai 113,1 juta ton. Sedangkan kebutuhan semen di pasar dalam negeri hanya 70 juta ton. Sehingga Indonesia mengalami kelebihan kapasitas produksi sekitar 30 juta ton.

"Untuk ekspor sendiri, beberapa kawasan utama yang disasar masih sama, ada di kawasan Asia Selatan seperti Bangladesh, India, Sri Lanka itu masih menjadi tujuan utama ekspor kita. Termasuk di asia tenggara ada Filifina sama Timor Leste," ujar Sigit di Surabaya, Sabtu (9/11).

Sigit mengungkapkan, di 2019, untuk pertama kalinya Semen Indonesia mendapatkan buyer semen dari Cina. Ini menjadi angin segar dalam upayanya memaksimalkan pasar ekspor. Cina melakukan impor semen dari Semen Indonesia, karena kondisi di sana sedang mengalami kekurangan pasokan, akibat adanya beberapa pabrik yang berhenti operasi, terkait isu lingkungan.

"Salah satu yang baru kemarin ekspor ini ke Cina. Karena ternyata di Cina sendiri saat ini malah menurunkan produksinya. Karena kemungkinan ada beberapa pabrik yang tidak sesuai peraturan di sana itu dimatikan atau berhenti operasi dulu. Karena mereka mulai memperketat regulasi terkait lingkungan," ujar Sigit.

Dengan berbagai strategi yang dijalankan, kinerja ekspor Semen Indonesia sepanjang Januari-September 2019 mengalami peningkatan sekitar 7 persen atau menjadi 2,9 juta ton. Angka tersebut, diakui Sigit belum terlalu bagus. Karena diakuinya, mencari pasar ekspor baru tidak mudah. Dimana tetap harus mempertimbangkan profit.

"Jadi tantangan yang utama adalah mencari pasar yang memberi profit bagi perusahaan. Kalau kita mengirim semen dari Vietnam atau dari Indonesia ke Bangladesh, Sri Lanka, ataupun Cina, itu kita harus mendapatkan harga yang optimum. Sehingga kita masih tetap dapat profit. Angka margin yang kita harapkan," kata Sigit.

Persaingan di pasar ekspor juga diakui Sigit cukup ketat. Dimana banyak perusahaan semen dari banyak negara di Asia, seperti Vietnam maupun India yang juga ingin masuk pasar ekspor.

"Misalnya di asia selatan itu juga yang ekspor masih dari India. Walaupun di beberapa daerah India ada yang kurang, tapi mereka lebih memilih ekspor ke Bangladesh atau ke Sri Lanka yang lebih dekat. Karena India kan luas," ujar Sigit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement