Warta Ekonomi.co.id, -- Penempatan Huawei dalam Daftar Entitas Departemen Perdagangan AS mencegahnya berbisnis dengan rantai pasokannya yang berbasis di AS, bertujuan memberikan pukulan telak bagi produsen China yang bertumbuh cepat itu. Namun, pendiri dan CEO Huawei, Ren Zhengfei mengatakan, perusahaannya tetap bisa bertahan meski tanpa rantai pasokan dari AS.
Daftar Hitam memang berdampak terhadap pasar internasional Huawei, seperti di Eropa. Akan tetapi, hal positif justru terjadi di pasar domestik perusahaan dengan peningkatan pengiriman ponsel pintar hingga 66% dibanding tahun lalu. Itu membuat pangsa pasarnya melonjak menjadi 42,4%.
"Kita bisa bertahan dengan sangat baik tanpa AS," ujar Ren, dikutip dari Phone Arena, Kamis (7/11/2019).
Baca Juga: Adakan Pertemuan Rahasia dengan Hacker, Apa Tujuan 'Musuh' Amerika Serikat Ini?
Lebih lanjut, Huawei menargetkan mengirim 300 juta perangkat pada awal 2019 guna merebut titel pembuat ponsel pintar terbesar dunia dari Samsung. Namun, perusahaan menurunkan targetnya menjafi 270 juta unit setelah muncul larangan berbisnis dengan para perusahaan AS.
Hingga Oktober, perusahaan sudah mengirimkan 200 juta ponsel pintar, melampaui pengiriman sepanjang 2018 yang ada di angka 206 juta. Artinya, Huawei masih terus bertumbuh meskipun AS berupaya memperlambat laju bisnis mereka. Ren menyampaikan, "kami tidak mengharapkan AS menghapus Huawei dari Daftar Entitas. Tak apa-apa jika mereka mencatat mama kami di sana selamanya karena kami akan baik-baik saja tanpa mereka."
Pemerintahan Trump juga telah meminta sekutu untuk tidak menggunakan perlengkapan Huawei untuk membangun jaringan 5G. Tetapi ternyata, pemerintah AS tidak berhasil dalam mencoba membuat perusahaan teknologi di Amerika Serikat untuk bersaing dengan Huawei di lini bisnis ini.
Baik Oracle dan Cisco mengatakan kepada pejabat administrasi, "akan terlalu banyak waktu dan biaya terlalu banyak untuk menciptakan saingan Huawei di segmen pasar jaringan ini."
Huawei ditempatkan pada Daftar Entitas karena pemerintah komunis China secara sah diizinkan untuk menuntut perusahaan memata-matai namanya. Hal itu menimbulkan rumor tentang pintu belakang di dalam perangkat Huawei dan peralatan jaringan yang siap mengirim informasi ke Beijing.
Perusahaan dan eksekutifnya telah berulang kali membantah tuduhan itu dan selama wawancara dengan Wall Street Journal, Ren membantahnya dan bersikeras mengatakan, "jika diminta untuk memata-matai oleh pemerintah Cina, saya akan menolaknya."