REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Penasihat bidang UMKM dan Ekonomi Kreatif, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno menekankan agar para pelaku industri ekonomi kreatif perlu mengambil bagian dalam menyelamatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Sandiaga mengatakan, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi hanya stagnan di level 5 persen. Semestinya, pemerintah maupun dunia usaha tak berpuas diri dengan angka pertumbuhan yang tak beranjak signifikan. Kebijakan pemerintah dan inovasi dunia usaha tak bisa lagi mengikuti pola lama.
"Kita selalu normatif. Alhamdulillah ekonomi tumbuh 5 persen, tapi masak 5 persen terus? Indonesia punya pasar besar dengan 270 penduduk, ya kita juga tahu. Jadi, jangan lagi business as usual," kata Sandiaga dalam penutupan Dialog Ekonomi Kreatif di Jakarta, Kamis (7/11).
Sandiaga mengatakan, di tengah situasi yang sulit saat ini, hanya ekonomi kreatif yang menjadi harapan pertumbuhan. Masyarakat merasa mencari pekerjaan saat ini tidak mudah. Namun, di sisi lain, para pelaku ekonomi kreatif pun mengaku sulit untuk mencari tenaga kerja.
Hal itu menunjukkan adanya disparitas yang mesti segera diatasi. Kadin Indonesia sebagai wadah berkumpulnya pengusaha, dikatakan Sandiaga, harus dapat mengambil benang merah dari potret realitas yang ada saat ini. "Harus ada yang Kadin mainkan untuk bisa menciptakan lapangan pekerjaan, tapi, pilarnya ekonomi kreatif. Kadin harus berani," ujar dia.
Lebih lanjut, Sandiaga menegaskan, langkah yang harus diambil harus berani dan tak boleh mengikuti cara-cara lama. Sebab, ekonomi kreatif bakal berkembang jika dikembangkan dengan cara-cara yang tak biasa. Indonesia, kata dia, punya potensi yang besar, tinggal bagaimana semua pihak yang terlibat bisa mengambil peluang itu.
Satu hal yang ia tekankan agar dapat mengambil peluang sektor ekonomi kreatif yakni mengenai kolaborasi antar pengusaha. Saat ini, Sandiaga berpendapat, buka lagi saatnya antar pelaku ekonomi bersaing merebut pasar. Justru, di era ekonomi digital yang serba terbuka, seluruh pelaku harus bekerja sama.
"Sudah tidak jaman kita berkompetisi, sekarang kolaborasi saja. Toh, pasarnya ya itu-itu saja," ujarnya.