Senin 04 Nov 2019 17:01 WIB

Investasi Harus Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi 2020

Bila investasi rendah, ekspor pun sulit didorong.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Investasi
Foto: Mgrol101
Ilustrasi Investasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren perlambatan ekonomi global diperkirakan akan berlanjut hingga 2020. Bahkan kemungkinan meningkat, karena adanya risiko terjadi krisis di negara maju.

"Dorongan ke Indonesia pun nantinya lebih terbatas. Maka pertumbuhan ekonomi kita tahun depan tetap sekitar 5 persen sampai 5,2 persen," ujar Kepala Kajian Makro Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Febrio Nathan Kacaribu kepada wartawan di Jakarta, Senin, (4/11).

Baca Juga

Prediksi tersebut, kata dia, bisa tercapai sepanjang Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mampu memitigasi risiko. "Bila BI dan Kemenkeu kurang bisa mitigasi risiko, ada kemungkinan ekonomi tumbuh di bawah lima persen pada tahun depan, tapi rebound-nya tidak terlalu jauh," jelas Febrio. 

Ia melanjutkan, tren capital inflow akan tetap terjadi turbulensi pada 2020. Meski begitu, Indonesia harus mampu menarik capital inflow

"Masalahnya bagaimana solusinya kalau ada global shock? Yang penting BI kasih message kebijakan moneter secara clear ke pasar, supaya pelaku pasar bisa tebak berapa rupiah, berapa BI Rate, dan lainnya," ujar dia.

Febrio menegaskan, sudah saatnya Indonesia fokus mendorong investasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Dengan begitu tidak lagi mengandalkan peningkatan konsumsi masyarakat. 

"Kalau konsumsi tidak perlu didorong karena semua orang butuh makan, minum, serta lainnya," tutur dia.

Maka ia menyatakan, pertumbuhan investasi pada 2020 harus kembali di atas enam persen bila perekonomian nasional ingin terjaga di kisaran lima persen.

Sebelumnya pada kuartal II 2019, Penanaman modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan indikator investasi tercatat hanya tumbuh 5,01 persen. Sedangkan pada kuartal I tahun ini sebesar 5,3 persen. 

Bila investasi rendah, ekspor pun sulit didorong. Maka tidak heran bila saat ini angka ekspor Indonesia masih negatif. 

Febrio menyebutkan, demi meningkatkan investasi, iklim usaha di dalam negeri harus diperbaiki. Di antaranya terkait perizinan dan relaksasi aturan. 

"Saya rasa perlu fokus di perizinan dan relaksasi biaya ekspor impor. Dua itu saja sudah kerja keras (untuk melakukannya), jika keduanya bisa dicapai dalam satu tahun bagus," jelasnya. 

Febrio mengatakan, pertumbuhan investasi akan menjadi indikator untuk melihat keberhasilan pemerintah. "Menteri di kabinet baru harus bekerja keras. Kalau pada 2020 investasi bisa di atas enam persen, dan angka ekspor tidak negatif, itu bagus," kata dia. 

Dirinya menambahkan, pada 2017 dan 2018, investasi menjadi indikator kunci dalam pertumbuhan ekonomi nasional. "Masing-masing tumbuh 6,2 persen dan 6,3 persen. Itu yang membuat ekonomi tumbuh di atas lima persen," ujar Febrio. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement