Ahad 03 Nov 2019 17:05 WIB

Hingga September, Laba Asuransi Umum Capai Rp 4,28 Triliun

Hingga kuartal III 2019 pendapatan underwriting naik dengan perolehan Rp 27,98 T.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Asuransi
Foto: flickr
Asuransi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba bersih industri asuransi umum sebesar Rp 4,28 triliun hingga akhir 2019. Pencapaian ini naik 11,46 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Nilai tersebut dipengaruhi hasil underwriting yang positif dan efisiensi dari beban usaha. Hingga kuartal tiga 2019 pendapatan underwriting naik dengan perolehan Rp 27,98 triliun atau tumbuh 18,26 persen (yoy), dari periode sama tahun lalu Rp 23,66 triliun. Adapun beban underwriting naik 21,51 persen (yoy) menjadi Rp 17,11 triliun atau meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 14,08 triliun. 

Dengan capaian tersebut, hasil underwriting tumbuh 13,58 persen (yoy) atau mencapai Rp 10,87 triliun, dari periode sama tahun lalu Rp 9,57 triliun. Sementara jumlah beban usaha Rp 8,15 triliun atau turun 5,45 persen (yoy) dari sebelumnya mencapai Rp 8,62 triliun. 

Sementara jumlah investasi asuransi umum hingga September 2019 tumbuh sebesar 8,16 persen (yoy) atau sebesar Rp 76,96 triliun. Kendati demikian, pertumbuhan tersebut tidak diikuti hasil investasi yang hanya mampu bertahan sebesar Rp 3,22 triliun atau stagnan dibandingkan periode sama tahun lalu. 

Adapun portofolio instrumen investasi meliputi deposito berjangka Rp 26,41 triliun (34,32 persen), reksa dana Rp 17,5 triliun (22,73 persen), surat berharga negara (SBN) Rp 10,59 triliun (13,76 persen), obligasi korporasi Rp 8,45 triliun (10,98 persen), penyertaan langsung Rp 7,67 triliun (9,97 persen), saham Rp 4,49 triliun (5,83 persen) dan instrumen investasi lain Rp 1,85 triliun (2,4 persen).

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe mengatakan pelaku industri asuransi umum harus bisa terus menekan beban usaha atau biaya operasional. Kemudian pelaku usaha juga perlu mengembangkan teknologi digitalnya guna menyederhanakan proses bisnis sehingga biaya pun dapat semakin terukur.

“Para pelaku usaha bersama pemerintah tetap gencar melakukan penetrasi asuransi,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Ahad (3/11).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement