Rabu 30 Oct 2019 12:57 WIB

Industri TPT di Jabar yang Sudah 4.0 Baru 5 Persen

API telah mengajukan safeguard pada produk-produk TPT di dunia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jabar Menggelar Musyawarah Provinsi ke XII.
Foto: Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jabar Menggelar Musyawarah Provinsi ke XII.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) optimistis, kebangkitan industri tekstil produk tekstil (TPT) terjadi pada kuartal 3 dan 4 tahun 2020. Menurut Ketua API, Ade Sudrajat, kebangkitan TPT akan mulai terasa di kuartal 3 dan 4. Pusat kebangkitannya, akan terjadi di Jawa Tengah (Jateng). 

"Nah khusus Jabar jadi pusat high tech tekstilnya. Soalnya kan upah buruh antara di Jateng dan Jabar jomplang," ujar Ade kepada wartawan di acara Musyawarah Daerah Badan Pengurus Provinsi Jabar, API di Hotel El Royal, Selasa (29/10).

Ade mengatakan, Jabar tak bisa menjadi pusat kebangkitan TPT karena upah buruhnya tinggi berbeda dengan Jateng yang upahnya lebih murah. Oleh karena itu, TPT di Jabar harus pake 4.0. Walaupun, saat ini di Jabar industri TPT yang sudah 4.0 masih kecil.

"Ya, industri TPT yang sudah 4.0 masih di bawah 10 persen. Baru sekitar 5 persen," katanya.

Namun, kata dia, paling tidak tahun depan TPT yang 4.0 bisa 15 persen. Agar, Jabar bisa menjadi high tech tekstil.

"Pekerjanya, harus dilatih juga 4.0 jadi semuanya bisa jalan harus ada yang melatih SDMnya," katanya. 

Ade mengaku, pihaknya optimistis tahun depan industri TPT di Indonesia akan bangkit karena beberapa alasan. Pertama, ia menyambut baik apa yang disampaikan pemerintah omni bus law yang akan memangkas beberapa Undang-undang untuk mempermudah investasi.

"Ini akan menjadi triger efek investasi di Indonesia. Saya yakin, pada 2020 akan jadi tahun investasi," katanya.

Omni bus low ini, kata dia, akan berimbas ke industri TPT karena nantinya akan diinventarisir undang-undang apa saja yang masuk ke omni bus low. Selain itu, API sudah mengusulkan safe guard untuk produk TPT.

"Saya yakin, TPT di 2020 prospektif asal selama masa safe gurad 3 tahun ini industri tak boleh lengah. Semua harus mempersiapkan diri bersaing dengan sehat," katanya.

Salah satu yang harus dilakukan industri TPT, kata dia,  dengan rektrukturisasi permesinan yang canggih. Agar, TPT bisa berdaya saing. API berharap, pemerintah pun mau menghidupkan kembali program restruktursasi. 

"Pemerintah katanya 2020 akan hidupkan kembali restrukturisasi permesinan. Ini paralel, ada safeguard dan resktrukturisasi," katanya.

API, kata dia, telah mengajukan safeguard pada produk-produk TPT di dunia. Karena, TPT ingin berkontribusi pada ekspor. Jadi, TPT Membentengi diri dengan mengajukan safe guard. Kemungkinan,  November nanti akan  diberlakukan.

"Jadi akan ada perlindungan secara resmi.  Terutama dari sisi perlindungan pasar dalam negeri," katanya.

Selain itu, kata dia, perbankan pun sudah mulai mendukung luar biasa. Sepanjang sejarah di Indonedia, landing rate di Indonesia belum pernah single digit. Namun, baru pertama kali diberlakukan single digit.

"TPT di Indonesia bisa berkompetisi dengan lebih baik lagi. Dulu rate perbankan kan 12 persen bahkan pernah sampai 16 persen. Sekarang,  9 persen," katanya.

Kebijakan yang mendukung TPT lainnya, kata dia, Kementerian Perindustrian membolehkan pembelian mesin-mesin impor second. Asal, umurnya tak boleh lebih dari 5 tahun agar teknologi masih update.

"Insentif pembelian mesin bea masuknya juga 0. Mesin second hand boleh masuk. Itu insentif-insentif agar  TPT bergairah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement