Senin 21 Oct 2019 14:30 WIB

KKP Bidik Investasi 50 Juta Dolar AS dari Norwegia

Norwegia tertarik untuk berinvestasi di budidaya laut.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nidia Zuraya
Dua orang petani budidaya rumput laut memisahkan tali pengikat dengan rumput laut hasil panennya (ilustrasi).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Dua orang petani budidaya rumput laut memisahkan tali pengikat dengan rumput laut hasil panennya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan capaian investasi budidaya laut dari Norwegia sebesar 50 juta dolar AS. Jumlah tersebut salah satunya diperuntukkan dalam pembangunan Recirculating Aquaculture System (RAS), di Yogjakarta, Jawa Tengah.

Adapun RAS dijalankan dengan skema business to business. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, pihaknya optimistis target investasi tersebut dapat terwujud. Hal itu mengingat adanya rekam jejak Norwegia yang sudah sejak lama bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan perikanan dan laut.

Baca Juga

“Kita optimistis, (investasi) 50 juta dolar AS untuk budidaya ini bisa tercapai,” kata Slamet kepada Republika, di Jakarta, Senin (21/10).

Slamet menjabarkan, realisasi investasi dapat memacu rantai pasok dan meningkatkan nilai tambah di budidaya. Selain, hal itu nantinya juga dapat meminimalisir elemen-elemen impor yang berkaitan dengan produksi perikanan.

Dia membeberkan, sejak tahun ini pihaknya telah menggandeng organisasi pangan dunia atau Food Agricultural Organisation (FAO) untuk mengembangkan pakan ikan mandiri berbahan baku lokal. Untuk itu, kehadiran investasi dari Norwegia di bidang budidaya ikan diprediksi bakal meningkatkan rantai pasok produksi.

Dengan potensi lahan perikanan seluas 12,1 juta hektare, Indonesia baru memanfaatkan lahan perikanan seluas 325.825 hektare. Jumlah tersebut diakui Slamet masih minim pemanfaatan akibat rendahnya investasi yang ada.

Hanya saja dia menjamin, ke depannya investasi budidaya perikanan di Indonesia terus meningkat. “Kendalanya kita identifikasi, kira-kira apa saja. (Investasi) kita kan terbuka bagi negara manapun, mau skema business to business (B2B) atau government to government (G2G) enggak masalah,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement