Jumat 18 Oct 2019 19:41 WIB

Darmin: Ekonomi Indonesia Lima Tahun Terakhir Tumbuh Positif

Pemerintah terus menguatkan basis ekonomi dalam negeri.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution
Foto: Biro Humas Kemenko Perekonomian
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, perekonomian Indonesia selama lima tahun terakhir menghadapi kinerja positif. Dari yang semula tumbuh di kisaran empat persen, kini sudah naik ke kisaran lima persenan. Meski menurun, lajunya terbilang lebih lambat dibandingkan beberapa negara. 

Darmin menuturkan, prestasi tersebut dikarenakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak terlalu bergantung pada ekspor dan impor. Sehingga, ketika ekonomi global menghadapi perlambatan, dampaknya tidak sesignifikan negara lain yang memiliki porsi ekspor dan impor begitu besar. "Misalnya saja Cina yang tadinya 8,5 persen menjadi 6 persen," ujarnya dalam diskusi dengan media di kantornya, Jakarta, Jumat (18/10). 

Kondisi serupa juga dialami dengan Singapura. Darmin menyebutkan, pertumbuhan Singapura hampir nol bahkan cenderung mengarah pada tingkat negatif mengingat porsi dari ekspor dan impor yang besar. Artinya, ketika ekonomi global mengalami perlambatan, Singapura langsung terkena dampaknya secara signifikan. 

Tapi, Darmin menekankan, bukan berarti Indonesia patut berbangga karena kontribusi ekspor dan impor yang terbatas terhadap pertumbuhan ekonomi. Meski kini kondisi tersebut menempatkan Indonesia dalam posisi untung, tidak menutup kemungkinan suatu hari nanti ekonomi Indonesia justru merugi. Khususnya ketika pertumbuhan ekonomi dunia sedang melaju kencang.

Oleh karena itu, Darmin menambahkan, kini pemerintah terus menguatkan basis ekonomi dalam negeri. Di antaranya dengan meneruskan pembangunan infrastruktur secara maksimal sebagai backbone pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya di darat dan udara, juga infrastruktur jaringan internet melalui Palapa Ring. "Kini, tantangannya adalah gimana kita memanfaatkannya secara optimum," katanya. 

Tantangan kedua, mengembangkan industri substitusi impor. Sebab, Darmin menilai, terlalu banyak hal yang Indonesia butuhkan, namun tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Itu sebabnya, Kementerian Keuangan mendesain beberapa insentif fiskal untuk mengundang investasi di sektor-sektor strategis. Khususnya terkait bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan industri. 

Berikutnya, tantangan dalam ekspor. Darmin menekankan, pemerintah terus mendorong investasi untuk mendorong industri tujuan ekspor. "Sehingga, nanti kita dapat menikmati pertumbuhan tinggi ketika ekonomi dunia sudah sembuh," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement