Jumat 18 Oct 2019 05:02 WIB

Penguatan UMKM Harus Berbasis Produk Unggulan Daerah

Arah kebijakan ekonomi dalam menghadapi resesi global harus melibatkan kewirausahaan.

Rep: Novita Intan/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung melihat produk kerajinan dari bahan koran bekas saat Gebyar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Juara di lapangan Kampus IPB, Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/9/2019).
Foto: ANTARA FOTO
Pengunjung melihat produk kerajinan dari bahan koran bekas saat Gebyar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Juara di lapangan Kampus IPB, Baranangsiang, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (28/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risiko resesi global terhadap Indonesia terindikasi dari penurunan pertumbuhan penjualan industri tekstil dan produk tekstil, properti, semen, baja, otomotif dan penjualan ritel. Bahkan realisasi ekspor Indonesia lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Analis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Suhaji Lestiadi mengatakan penurunan ekspor ini dipengaruhi oleh penurunan ekspor migas hingga 37 persen, non migas 11 persen dan produk pertanian 15,9 persen.

Baca Juga

“Arah kebijakan ekonomi dalam menghadapi resesi global harus melibatkan penguatan kewirausahaan, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta koperasi,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Jumat (18/10).

Menurutnya UMKM harus mendapat perhatian utama karena besarnya kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia yang mencapai 62,5 persen, penyerapan tenaga kerja hingga 95 persen dan kontribusinya terhadap ekspor non-migas hingga 16,45 persen.

Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, dari total 59.693.791 unit usaha di Indonesia, 99,89 persen-nya terdiri atas usaha kecil dan mikro masing-masing 684.196 unit (1,15 persen) dan 58.943.768 unit (98,74 persen).

Hasil analisis Komite Ekonomi dan Industri Nasional pada 2017 menunjukan jika Pemerintah fokus mendorong kenaikan omset UMKM, dengan target kenaikan omset usaha mikro sebesar 30 persen, usaha kecil sekitar 10 persen maka perekonomian nasional dapat tumbuh sebesar tujuh –  sembilan persen.

“Jelas bahwa penguatan UMKM adalah solusi perekonomian nasional”,  ucapnya.

Sementara itu, merujuk kepada Nawa Cita, RPJP 2005 – 2025, dan RPJMN 2020 – 2024, Suhaji mengusulkan agar kebijakan pembangunan UMKM di Indonesia berbasis kepada produk atau komoditas unggulan lokal masing-masing daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan berbasis produk unggulan lokal dapat ditempuh dengan mengembangkan akses pasar, penciptaan inovasi teknologi dan efisiensi, akses permodalan, penguatan infrastruktur, peningkatan kualitas SDM dan dukungan aspek legalitas.

“Adopsi kebijakan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan Presiden Jokowi menjadi kunci bagi penguatan UMKM di Indonesia,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement