REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI – Guru besar kelautan dan perikanan IPB, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menegaskan, sumber daya manusia (SDM) Indonesia harus siap menghadapi Industri 4.0. “Mau tidak mau, siap ataupun tidak siap, Indonesia harus menghadapi industry 4.0,” kata Rokhmin Dahuri. Ia mengemukakan hal tersebut, saat mengisi Silatnas “Inovasi Himapindo untuk Indonesia Ungul” di Universitas Pelita Bangsa, Bekasi, Ahad (13/10).
Pada acara yang mengusung tema “Tantangan dan Peluang Revolusi Industri Ke-4” itu, Prof Rokhmin membawakan makalah berjudul “Peningkatan Kualitas SDM Pemuda Berbasis Industri 4.0”.
Mengutip Klaus Schwab (2015), Rokhmin mengemukakan, Industri 4.0 adalah era industrialisasi berbasis pada penggunaan otomasi dan digitalisasi yang dipadukan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligent), IoT (Internet of Things), Big Data, dan Cloud Computing di semua sektor pembangunan dan kehidupan manusia.
Mengutip sebuah data, Rokhmin menyebutkan, pada 2022 sekitar 75 juta pekerjaan akan digantikan oleh otomasi robot. Pada saat yang sama, sekitar 133 juta pekerjaan baru akan tercipta yang merupakan hasil kolaborasi antara interaksi manusia, mesin, dan algoritma (AI).
Ia menyebutkan beberapa pekerjaan yang tergerus zaman, seperti telemarketer (kemungkinan terotomatisasi 99%), asisten dan paralegal (kemungkinan terotomatisasi 94 persen), petugas pemberi pinjaman (kemungkinan terotomatisasi 98%), sopir taksi (kemungkinan terotomatisasi 98%) sopir taksi (kemungkinan terotomatisasi 89%), kasir (kemungkinan terotomatisasi 97%), dan koki makanan cepat (kemungkinan terotomatisasi 81%).
“Kesiapan Indonesia menghadapi revolusi industri 4.0 masih di bawah negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Mantan menteri kelautan dan perikanan itu menjelaskan, era globalisasi dan pemanasan global saat ini ditandai dengan interkoneksi dunia, disrupsi, revolusi industri ke-4, dan daya dukung bumi kian menurun. Untuk itu, kata Rokhmin ada beberapa langkah yang pelu diakukan agar Indonesia bisa maju, sejahtera, dan berdaulat.
Pertama, meningkatkan daya saing: produksi goods & services yang kompetitif. Pertama, mendukung mendukung global free trade, tetapi memproteksi pasar domestik dari unfair trade practices seperti dumping dan subsidi terselubung.
Kedua, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (> 7% per tahun) dan inklusif secara berkelanjutan. “Ketiga, membangun ketahanan pangan, energi, dan farmasi,” ujarnya.
Selain itu, keempat, memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan hidup serta kelestarian SDA.
Kelima, memperkokoh kedaulatan NKRI. Keenam, meningkatkan kualitas SDM dan inovasi. “Adapun yang ketujuh adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi,” paparnya.