Ahad 06 Oct 2019 07:10 WIB

Wisata Halal, Ihato: Utamakan Wisatawan Lokal Dahulu

Kini sekitar 15 juta orang datang setiap tahunnya ke Antalya, Turki.

Wisata halal.
Foto: Republika.co.id
Wisata halal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai negara saat ini diketahui sedang berlomba meningkatkan wisatawan Muslim, bahkan bagi negara non-Muslim sekalipun. Hal tersebut dilakukan mengingat jumlah Muslim yang sangat besar di seluruh dunia.

Presiden International Halal Tourism Organization (Ihato), Yusuf Gerceker, memaparkan bahwa untuk menggaet wisatawan asing, khususnya Muslim, setiap negara termasuk Indonesia harus menargetkan wisatawan lokal terlebih dahulu. Sambung dia, pemerintah setempat juga perlu menyosialisasikan terkait wisata halal pada masyarakat sekitar.

"Utamakan pasar lokal, memang Eropa itu target yang menggiurkan, tapi maksimalkan pasar lokal atau regional terlebih dahulu," ujar dia kepada Republika, di Jakarta, Sabtu (5/10).

Dia mencontohkan, Antalya, salah satu kota di sebelah Barat Turki. Kota itu telah meningkatkan wisata halalnya dengan cara memperbaiki infrastruktur, fasilitas umum, hingga kebutuhan halal Muslim lainnya. Nahkan ketika menyosialisasikan pada warga dalam waktu yang tidak sebentar. Kini sekitar 15 juta orang datang setiap tahunnya ke Antalya.

"Dan memang sekitar 85 persen dari 15 juta itu merupakan wisatawan lokal. Karena itu memang target Antalya, meskipun banyak juga wisatawan asing yang tertarik datang," Kata dia. Oleh karena itu, ia menuturkan jika Indonesia ingin memaksimalkan wisata halalnya targetkan wisatawan lokal terlebih dahulu.

Sementara itu dijumpai di lokasi yang sama, ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Sapta Nirwandar mengungkapkan, untuk meningkatkan wisatawan halal di luar Indonesia, pasar regional dari negara sekitar Indonesia juga merupakan peluang.

Ketika ditanya terkait sedikitnya wisatawan Eropa atau negara jauh, ia tidak menampiknya. Namun demikian, Sapta menambahkan, saat ini untuk berwisata ke Indonesia jarak menjadi permasalahan yang ditanggapi relatif dan tidak menjadi masalah.

"Selama kita (Indonesia) memiliki fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan, jarak bukan masalah besar bagi wisatawan dari Eropa atau negara lain," Ujar Sapta.

photo
Investasi wisata halal

Oleh karena itu Sapta kembali menegaskan untuk memaksimalkan terlebih dahulu pasar sekitar Indonesia, selain meningkatkan kualitas layanan wisata halal di Indonesia. Mantan wakil menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu memaparkan bentuk kerja sama berbagai pihak juga harus lebih dimaksimalkan, termasuk dengan negara lainnya yang lebih dahulu mencanangkan wisata halal seperti Turki.

Sapta yang mengutip data dari berbagai sumber seperti kemenpar, BPS dan UNWTO memaparkan, jumlah wisatawan terkait wisata halal yang datang ke Indonesia masih kalah dibanding Singapura, bahkan Malaysia. "Kedatangan Turis ke Indonesia pada 2018 hanya 15,8 juta di mana kedatangan turis Muslim hanya 22 persennya," Kata dia.

Lebih lanjut dia menambahkan, jumlah wisatawan yang datang ke Malaysia pada periode yang sama mencapai 25,8 juta orang, di mana kedatangan turis Muslim mencapai 25 persen. Sambung dia, wisatawan yang datang ke Singapura di tahun tersebut juga lebih banyak dari Indonesia, mencapai 18,7 juta dengan wisatawan Muslim mencapai 22 persen.

Bahkan ia memberikan data jumlah wisatawan Thailand yang jauh lebih besar, sekitar 38,2 juta. Meskipun wisatawan Muslim hanya sekitar 15 persen, dan itu masih tergolong banyak.

Terkait jumlah wisatawan asing ke Indonesia juga disinggung oleh Taner Aydin, Wakil Presiden Ihato. Menurut dia, potensi Indonesia sebagai Muslim terbesar bisa lebih ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, ketika ada fasilitas wisata ramah Muslim yang lebih luas di Indonesia ke depannya, diharapkan bisa menggaet wisatawan asing termasuk Eropa.

"Nyatanya banyak juga yang ke Indonesia, dan bukan hanya satu atau dua hari, tapi berminggu-minggu, meskipun itu di Bali," Kata Aydin kepada Republika. n Zainur mahsir ramadhan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement