REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta ditargetkan mulai dibangun pada 2021. Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah masih memastikan penyelesaian Detail Engineering Design (DED).
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, Hanung Triyono, mengatakan, pembangunan jalan tol yang sudah terkontrak yakni Semarang-Demak sudah berjalan, kemudian Bawen-Yogyakarta dan Solo-Yogyakarta masih berproses.
"Ini masih proses penentuan lokasi dari Pemerintah Provinsi, diharapkan tahun depan sudah terkontrak juga sudah fisik," kata Hanung kepada wartawan di sela-sela acara Trakindo Construction Day di The Sunan Hotel Solo, Kamis (3/10).
Menurutnya, prioritas pemerintah bukan seberapa panjang jalan tol nantinya, melainkan jalan tol segera terbangun dan tersambung antara Bawen-Yogyakarta dan Solo-Yogyakarta. Terutama karena kawasan Borobudur menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Sehingga diharapkan menjadi titik penyokong pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
Hanung berharap pembangunan dua ruas jalan tol tersebut bisa direalisasikan secepatnya. Jika nantinya terdapat kendala di lapangan, diharapkan paling cepat 2020 sudah kontrak dan paling lambat 2021 sudah mulai dibangun.
"Kami nunggu 2021 lah itu kami segera, nanti masyarakat tidak usah ruwet-ruwet di Lingkar Utara Jogja nanti lewat tol saja lancar. Pembangunan rata-rata dua sampai tiga tahun. Jadi sampai 2024 lah," ungkapnya
Hanung menyebut, nantinya jalur jalan tol Solo-Yogyakarta akan berada di selatan jalur utama atau hampir berdekatan dengan jalur kereta api. Menurutnya, DED sudah hampir selesai dan tidak banyak perubahan dari titik jalur awal. Namun, saat ini masih proses penentuan lokasi.
"Mungkin geser-geser tidak terlalu jauh, misal gesernya cuma beberapa ratus meter dari titik awal. Geser tidak melewati mata air itu sudah diakomodasi juga. Selain itu, belum ada yang digeser. Itu yang Klaten. Kalau yang Bawen-Yogyakarta tidak ada," terangnya.
Dia merinci, kendala penentuan lokasi untuk jalan tol Solo-Yogykarta salah satunya menghindari situs serta menghindari mata air. Sedangkan kendala penentuan lokasi jalan tol Bawen-Yogyakarta ada salah satu desa mempertahankan kearifan lokal di daerah Candisari, Magelang. Sebab, jika daerah tersebut dibangun jalan tol maka hanya tersisa tujuh Kepala Keluarga (KK) sehingga dikhawatirkan desa tersebut akan hilang.
"Yang menentukan lokasi kami bareng-bareng Pemprov, pemerintah kabupaten dan warga, kami komunikasikan kami pastikan tidak banyak yang dirugikan," imbuhnya.
Kendala lainnya terkait pembebasan lahan. Menurutnya, hal itu bukan kendala tetapi memang salah satu proses. Sebab, penentuan harga untuk pembebasan lahan melalui proses penilaian aset atau appraisal. Nominal ganti rugi juga belum bisa disebutkan, karena harga lahan sesuai situasi dan lokasi wilayah masing-masing.