Kamis 26 Sep 2019 12:25 WIB

Aksi Demo tak Surutkan Aktivitas Pusat Perbelanjaan Jakarta

Produk yang terdampak demo biasanya produk makanan dan minuman.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Friska Yolanda
Polisi mulai melakukan penyisiran terhadap massa mahasiswa yang masih tersisa di sekitaran kawasan Senayan, Jakaeta, Selasa (24/9) malam. Pasukan gabungan dari Sabhara dan Brimob ini melakukan penyisiran ke arah Semanggi.
Foto: Republika/Febryan.A
Polisi mulai melakukan penyisiran terhadap massa mahasiswa yang masih tersisa di sekitaran kawasan Senayan, Jakaeta, Selasa (24/9) malam. Pasukan gabungan dari Sabhara dan Brimob ini melakukan penyisiran ke arah Semanggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan aksi demonstrasi yang terjadi di Jakarta dalam beberapa hari terakhir tidak mengganggu roda bisnis para para pengusaha ritel. Menurut Tutum, proses demonstrasi merupakan hal yang biasa dalam iklim demokrasi di Indonesia.

"Buktinya mal-mal kemarin nggak ada yang tutup. Nggak mungkin kita tutup toko, kecuali yang langsung bersentuhan," ujar Tutum di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/9).

Tutum menyampaikan banyak alasan orang enggan mendatangi pusat perbelanjaan, bukan hanya karena aksi demo semata, melainkan juga faktor kemacetan. Tutum menilai, penurunan omzet pasti terjadi di pusat perbelanjaan yang dekat dengan wilayah demonstrasi. Mengenai besaran angka penurunan, Tutum belum mendapat laporan dari para anggota pengusaha ritel.

Meski begitu, Tutum menilai tidak ada penurunan secara signifikan lantaran pusat perbelanjaan masih tetap beroperasi seperti biasa. Ada pun yang terdampak biasanya produk-produk food and beverage yang biasanya menjadi tempat bertemu orang-orang saat makan siang atau makan malam.

"Food and beverage yang biasa buat orang untuk meeting point tidak jadi, namun kalau brand yang memiliki konsumen loyal, dia akan cari di tempat lain," ucap Tutum. 

Sementara produk-produk lain seperti pakaian, kata Tutum, tidak terpengaruh besar. Sifat produk tersebut tahan lama sehingga masyarakat bisa mendatanginya lain waktu saat situasi sudah lebih kondusif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement