Jumat 13 Sep 2019 08:19 WIB

Mewujudkan Mimpi Habibie Terbangkan R-80 di Udara Nusantara

Pemerintah siap membantu keberlanjutan proyek pesawat R-80.

Menunggu pesawat R80 gagasan Habibie
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pesawat N219, di Hanggar PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Bandung.

Pengembangan Pesawat N219

Sementara itu, PT Dirgantara Indo nesia (PTDI) menyatakan bakal melanjutkan tekad Habibie untuk mengembangkan industri pesawat dalam negeri. Pengembangan pesawat N219 yang sedang digarap PTDI, menjadi penerus mimpi Habibie memajukan industri dirgantara.

Plt Corporate Secretary PTDI Irlan Budiman mengatakan, pesawat N-219 diharapkan dapat segera dikomersialkan. "Kita meneruskan cita-cita Pak Habibie dengan mengembangakn pesawat N-219. Targetnya tahun ini serti fikasi bisa terpenuhi dan bisa diproduksi tahun depan," kata Irlan di PTDI, Kota Bandung, Kamis (12/9).

Irlan menuturkan, N-219 merupakan pesawat yang dibuat menyesuaikan kondisi Indonesia. Pesawat ini didesain untuk menyasar wila yah-wilayah kecil di Indonesia. Dengan kecanggihannya, N-219 bisa mendarat di landasan yang tidak beraspal.

Ia berharap pengembangan N-219 bisa mewujdukan cita-cita Habibie agar Indonesia bisa menjadi negara yang memproduksi pesawat terbang secara massal. Habibie semasa hidupnya percaya bahwa anak bangsa bisa bersaing dengan negara lain dalam urusan teknologi.

Semasa hidupnya, Habibie pernah memimpin PTDI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Di bawah ke pemimpinannya, mengudara mahakar yanya Pesawat N-250 yang menjadi pesawat tercanggih di kelasnya pada saat itu. Prototipe N-250 masih tersimpan apik di hanggar PTDI. Rencananya, pesawat N-250 buatan pertama ini akan di museumkan.

Irlan mengatakan, Gatot Kaca N-250 akan diserahkan ke Museum Dirgantara Mandala di Yogyakarta. Sebagai bagian sejarah besar Indonesia, pesawat ini nantinya bisa dilihat secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Menurut dia, N-250 merupakan karya fenomenal yang membuktikan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang bisa mengembangkan industri pesawat terbang. Ia menceritakan, N-250 pertama kali dikembangkan pada 1986. Beberapa tahun dikembangkan oleh tangan-tangan engineer Indonesia, akhirnya pada 1995 N-250 bisa mengudara untuk pertama kalinya.

N-250 bahkan sudah terbang berkeliling dunia. Pesawat ini juga sempat tampil dalam ajang bergengsi Paris Air Show yang membuat dunia terkaget-kaget.

Namun, kondisi krisis moneter Indonesia pada 1998 menjadi titik berakhirnya mimpi N-250 sebagai karya besar Indonesia.

Indonesia yang saat itu membutuhkan bantuan pendanaan dari International Monetary Fund (IMF) terpaksa mengubur mimpi memassalkan N-250. "Akhirnya pada 1998, N-250 disetop pendanaan untuk program pengemban annya karena itu salah satu perjanjian IMF," ujarnya.

Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PTDI Adi Prastowo mengatakan, PTDI masih mengurus administrasi dengan TNI AU yang mengelola museum. Ia menceritakan, PTDI dahulu berhasil membuat dua pesawat N-250. Selain Gatot Kaca, ada Kerincing Wesi. Sementara, pesawat ketiga baru pada tahap badan pesawat dan langsung terhenti proses produksinya ketika pendanaan dihentikan.

Menurut dia, N-250 pada zamannya menjadi pesawat paling canggih di kelasnya. Dengan teknologi fly by wire dan kemudahan flight control, N-250 menjadi ancaman bagi indutri pesawat terbang dunia lainnya. Dengan dimuseum kannya N-250, ia berharap masyarakat Indonesia bisa mengenang sejarah besar yang berhasil ditorehkan Habibie sebagai maestro kedirgantaraan yang dimiliki bangsa. n rahayu subekti/fauziah mursid/zuli istiqomah, ed:satria kartika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement