Ahad 08 Sep 2019 20:47 WIB

Kemenhub Sewa Mobil Listrik, Ini Kata Blue Bird

Saat ini, Blue Bird baru mengoperasikan 25 unit mobil listrik.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah pengemudi mobil listrik menunggu melakukan pengisian ulang baterai listrik di Stasiun Pengisian Cepat Baterai Kendaraan Listrik milik ABB yang ada di Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) BPPT usai melakukan konvoi pada penutupan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019 di kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (7/9).
Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal
Sejumlah pengemudi mobil listrik menunggu melakukan pengisian ulang baterai listrik di Stasiun Pengisian Cepat Baterai Kendaraan Listrik milik ABB yang ada di Balai Besar Teknologi Konversi Energi (B2TKE) BPPT usai melakukan konvoi pada penutupan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019 di kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Blue Bird Tbk menyatakan siap bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam pengadaan mobil listrik sebagai kendaraan opoerasional. Di samping itu, pihaknya juga menyampaikan bahwa penyediaan mobil listrik di Indonesia masih relatif sulit sebab harganya yang tinggi.

Sejauh ini total mobil listrik yang digunakan Blue Bird ada sekitar 25 unit, di mana secara keseluruhannya dioperasikan untuk konsumen di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. Direktur Utama Blue Bird Noni Purnomo mengatakan tak menutup kemungkinan pihaknya akan terus menambah jumlah kendaraan listriknya sesuai dengan komitmen Blue Bird di kisaran 200 unit pada 2020.

Baca Juga

“Karena permintaan atau peminat mobil listrik ini banyak sekali, tapi kami belum mampu siapkan karena harganya mahal,” ungkapnya, Ahad (8/9).

Noni menyebut jika dibandingkan dengan mobil konvensional, harga pengadaan satu unit mobil listrik lima sampai enam kali lebih mahal. Harga mobil listrik memang berbeda tergantung dari tipenya. 

Harga mobil listrik Tesla berkisar Rp 2,5 miliar per unit sedangkan mobil listrik tipe BWD berkisar Rp 600 juta per unit. Artinya, perusahaan perlu menyiapkan modal dan investasi yang tinggi untuk hal tersebut, belum lagi bilangan investasi di infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian energi atau charging station yang masih minim.

“Jadi kami memang minta juga kepada pemerintah untuk berikan insentif supaya kami juga agak longgar menyediakan mobil listriknya,” ujarnya.

Insentif diperlukan salah satunya karena harga listrik dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) belum dikeluarkan. Sehingga untuk Blue Bird sendiri, menurut dia, perusahaan masih menerapkan skema subsidi anggaran dan belum mengambil margin dari 25 unit kendaraan listrik yang dimiliki.

Meski begitu dia melanjutkan, biaya perawatan mobil listrik jika dibandingkan dengan mobil konvensional terbilang rendah. Hanya saja pihaknya belum dapat menjabarkan angka penurunan biaya perawatan tersebut karena masih dalam proses kajian. Tapi dia memastikan, biaya perawatan mobil listrik cukup kompetitif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement