REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak perusahaan PT Pertamina (Persero), PT Pertamina EP mempunyai berbagai strategi demi mendukung pencapaian target produksi. Upaya tersebut antara lain adalah penerapan metode Enhanced Oil Recovery (EOR).
Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyampaikan pengembangan lapangan minyak akan selalu melalui tiga tahapan yaitu primary, secondary, dan tertiary. Lapangan-lapangan Pertamina EP telah melalui proses primary dan sekarang sedang menuju proses secondary dan tertiary.
"Dengan minyak tersisa sebesar 8.2 BSTB, implementasi pattern waterflood dan EOR akan mengoptimalkan produksi minyak dan penambahan cadangan," ujar Nanang saat acara Konvensi dan Pameran ke-43 Indonesian Petroleum Association (IPA) di Jakarta Convention Centre, Jakarta, beberapa lalu.
Nanang menjelaskan Pertamina EP telah memulai implementasi chemical EOR berupa polymer di Lapangan Tanjung pada Desember 2018 setelah sebelumnya melakukan kajian pada 2016 dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung. Teknologi injeksi polymer merupakan teknologi yang telah terbukti dan telah diimplentasi lebih dari 30 tahun di berbagai lapangan minyak di dunia dengan rata-rata peningkatan Recovery Factor (RF) sebesar 5-10 persen terhadap OOIP.
"Pertamina EP sangat optimistis melakukan waterflood dan EOR," ucap Nanang.
Berdasarkan perkiraan produksi, produksi kumulatif minyak diharapkan sebesar 245 MMSTB melalui waterflood dengan puncak produksi sebesar 60 ribu bopd pada 2026, sedangkan tahap tertiary akan menghasilkan produksi kumulatif sebesar 133 MMSTB dengan puncak produksi sebesar 30 ribu bopd pada 2030. Dalam lima tahun terakhir, kata Nanang, ada beberapa lapangan di dunia yang sudah melakukan proyek polymer flooding di antaranya adalah Venezuela (2017), Brazil (2017), dan Suriname (2014-2016).
Nanang menyebutkan, di Indonesia, terdapat 4 KKKS yang sudah menerapkan chemical EOR yaitu Chevron, Medco, CNOOC, dan Pertamina. Dalam waktu lima tahun kedepan, Pertamina EP akan melakukan pilot dan full scale chemical EOR di 5 struktur, yaitu Tanjung, Sago, Rantau, Jirak dan Limau, dan CO2 flooding di 3 struktur, yaitu Sukowati, Jatibarang dan Ramba.
"Project Tanjung Polymer Field Trial di Lapangan Tanjung ini untuk meningkatkan produksi Lapangan Tanjung melalui tahap secondary recovery dari optimisasi waterflood serta tertiary recovery dengan teknologi chemical EOR baik dari fase pilot maupun full scale," lanjut Nanang.
Menurut Nanang, adanya optimisasi waterflood diproyeksikan mampu menaikkan recovery factor lapangan Tanjung dari 24,05 persen menjadi 27,25 persen pada 2035.
Sedangkan untuk injeksi polimer di Pattern 12 Lapangan Tanjung diharapkan diperoleh oil gain sampai dengan 45 MSTB pada 2021 dan penurunan water cut sumur-sumur monitor sebesar 5 persen.
Desain injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200 ribu barrel dengan konsentrasi 2.000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barrel per hari. Tanjung Field dipilih dengan menggunakan polymer karena karakter low recovery faktor dan high level dari cadangan heterogen. Saat ini Tanjung Polymer Field Trial telah memasuki fase ketiga.
"Diharapkan dengan adanya Polymer ini, dalam jangka waktu dua tahun akan dapat diperoleh penambahan minyak sebesar 45 ribu BOPD," kata Nanang menambahkan.