Senin 02 Sep 2019 13:50 WIB

Profil Nasabah Membuat NPF BTPN Syariah Tetap Kinclong

Rasio kredit bermasalah BTPN Syariah tercatat 1,34 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolanda
 Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Aktivitas di stand BTPN Syariah, Jakarta, Jumat (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT BTPN Syariah Tbk tetap bergeming dari fokus nasabah perempuan prasejahtera. Sejak spin off pada 2014, BTPN Syariah meneruskan fokus pembiayaan pada 100 persen nasabah di segmen ini.

Wakil Direktur Utama, Mulia Salim menyampaikan nasabah perempuan di kalangan ini lebih disiplin menurut riset. Selain itu, model bisnis pembiayaan membuat rasio kredit masalah di level 1,34 persen pada semester I 2019, turun dari 1,65 persen (yoy).

Baca Juga

Mulia mengatakan dulu BTPN Syariah membuat riset awal untuk menentukan fokus pembiayaan. Hasilnya menunjukkan bahwa nasabah perempuan lebih disiplin dan taat karena bisnis mereka mayoritas untuk kebutuhan keluarga.

Model bisnis juga menjadi pendukung kualitas pembiayaan. BTPN Syariah menerapkan metode pembiayaan berkelompok yang disertai bimbingan dari bankir pemberdaya. Mereka rutin melakukan pertemuan setiap dua pekan.

Kombinasi ini membuat NPF nett BTPN Syariah berada di level 0,1 persen. Mulia menyampaikan tahun ini NPF dijaga tetap stabil di bawah 1,5 persen dengan pembiayaan tumbuh sekitar 20 persen secara tahunan.

Finance and Invertor Relation Head of BTPN Syariah, Fahmi Achmad menyampaikan semester pertama 2019 ini, BTPN Syariah melaporkan pertumbuhan pembiayaan menjadi Rp 8,54 triliun. Tumbuh 24 persen dari Rp 6,87 triliun pada periode yang sama tahun 2018.

Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah tumbuh 30 persen menjadi Rp 13,94 triliun dari Rp 10,73 triliun (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 8,88 triliun tumbuh 27 persen dari Rp 7,02 triliun (yoy).

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di posisi 39,4 persen. Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 610 miliar, tumbuh 36 persen dari Rp 449 miliar (yoy).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement