Ahad 01 Sep 2019 08:10 WIB

Prof Rokhmin Dahuri: Optimalkan Potensi Agro-Maritim

Hal itu penting untuk meraih kemandirian pangan dan energi.

Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS (kiri).
Foto: Dok Rokhmin Dahuri
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN -- Korps Alumni Mahasiswa Islam (KAHMI) menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)  II di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (31/8).  Acara yang mengusung  tema "Mewujudkan Kemandirian Energi dan Pangan Bagi Kesejahteraan Rakyat" itu  dihadiri sejumlah tokoh.

Mereka yang hadir antara lain Bambang Brojonegoro (Menteri PPN/Kepala Bappnas), Amran Sulaeman (Menteri Pertanian), Hamdan Zoelva (Mantan Ketua MK), dan Rokhmin Dahuri (Guru Besar IPB), Ridwan Hisyam (DPR RI) dan lain-lain. 

Dalam kesempatan tersebut, pakar kemaritiman yang juga guru besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Prof Dr Ir  Rokhmin Dahuri MS  mengatakan Indonesia memiliki peluang sebagai negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas.  Termasuk dalam mewujudkan kemandirian pangan dan energi untuk kesejahteraan rakyat.

Peluang itu,  kata menteri kelautan dan perikanan Kabinet Gotong Royong, karena Indonesia memiliki potensi ekonomi agro-maritim (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kelautan) belum optimal.

"Rendahnya aplikasi inovasi teknologi dan manajemen hampir di semua mata rantai Sistem Rantai Pasok (Supply Chain System), produksi, pasca panen, pemasaran, ekonomi agro-maritim membuat sektor tersebut tidak tergarap optimal," ujar ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (1/9).

Dalam paparannya yang berjudul “Pembangunan Agro-Maritim Berbasis Industri 4.0 dan IMTAQ untuk Mewujudkan Kedaulatan Pangan, Meningkatkan Daya Saing dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Secara Berkelanjutan Menuju Indonesia Raya (Emas) pada 2045”, Rokhmin mengkritisi kebijakan politik-ekonomi (seperti moneter, fiskal, intermediasi perbankan, RTRW, infrastruktur, ekspor-impor, R & D, dan iklim investasi) yang belum kondusif bagi kinerja sektor-sektor ekonomi agro-maritim.

Menurutnya,pendekatan pengelolaan pembangunan dan bisnis di sektor-sektor agro-maritim pun masih bersifat ego sektoral dan ego disiplin ilmu.  

Karenanya, ia  menawarkan konsep (peta jalan) pembangunan agro-maritim yang dapat meningkatkan produksi produk dan jasa melebihi kebutuhan nasional (national/domestic demand). 

”Sehingga, Indonesia mampu mengkespor untuk meraih devisa dan membuat neraca perdagangan serta transaksi berjalan positif,” kata ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement