Jumat 30 Aug 2019 17:20 WIB

PLN: Jakarta Tetap Prioritas Meski tak Lagi Menjadi Ibu Kota

PLN tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan di Jakarta.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Meteran Listrik PLN
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Meteran Listrik PLN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mengaku tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan di Jakarta, meski nantinya tidak akan menjadi ibu kota Indonesia. Hal ini dikatakan Direktur PLN Regional Jawa bagian Barat Haryanto WS usai acara penutupan Inspeksi Instalasi Listrik dan Deklarasi Komunitas Masyarakat Peduli Kelistrikan di Balai Pertemuan RT 04 RW 09, Jalan Peninggaran Timur, Kelurahan Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan, Jumat (30/8).

Haryanto menjelaskan, PLN sedang berupaya meningkatkan keandalan pasokan listrik di Jakarta dengan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Senayan berkapasitas 101 MW yang akan beroperasi pada Oktober mendatang. Proyek PLTD senilai Rp 1 triliun nantinya akan menjadi daya cadangan untuk menopang pasokan listrik untuk moda raya terpadu (MRT) Jakarta. Selain itu, kata Haryanto, Jakarta sejatinya telah memiliki pembangkit khusus yakni pembangkit listrik gas Umuap (PLTGU) Muara Karang berkapasitas 2.500 Megawatt (MW) dan sedang dibangun tambahan daya sebesar 500 MW serta Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tanjung Priuk yang ramah lingkungan.

Baca Juga

"Itu semua untuk mengamankan pasokan listrik Jakarta, meskipun Jakarta tidak jadi ibu kota nanti, kami tetap komit untuk meningkatkan layanan," ujar Haryanto.

Haryanto menyampaikan, Jakarta tetap akan menjadi prioritas PLN lantaran nantinya akan menjadi pusat bisnis yang memerlukan keandalan listrik.

"Kita akan terus meningkatkan pelayanan dan tidak menurunkan investasi, karena itu kita tetap akan komit untuk penuhi kebutuhan listrik untuk menyokong pertumbuhan ekonomi," lanjutnya.

Demi menjaga keandalan listrik Jakarta, PLN mengubah fungsi PLTGU Muara Karang dan PLTG yang sebelumnya sebagai peaker atau pembangkit yang beroperasi penuh hanya pada saat beban puncak menjadi pembangkit base load yang beroperasi penuh untuk beban dasar atau reguler.

"Kita gunakan itu untuk menjamin keamanan listrik di Jakarta. Kita harapkan dengan itu difungsikan sebagai beban dasar, minimal kalau ada gangguan-gangguan di luar Jakarta, sebagian Jakarta bisa nyala dan bertahan dulu," ucap Haryanto.

Haryanto merujuk pada kejadian pemadaman listrik total atau black out pada awal Agustus lalu. Haryanto menyebut kejadian black out saat itu merupakan pukulan bagi PLN yang terakhir kali mengalami black out pada 2007.

"Memang waktu padamnya juga cukup lama karena hampir semua pembangkit di Jakarta, Jabar, dan Banten mati sehingga kami pulihkan secara bertahap. Insyaallah dari kejadian ini kami dapat hikmah dan pelajaran yang besar," katanya.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) Ikhsan Asaad mengaku tidak khawatir kehilangan pelanggan setelah ibu kota lagi di Jakarta.

"Kalau misal pindah ibu kota, kan hanya pusat pemerintahan, kantor-kantor kementerian. Jakarta tetap sebgai kota bisnis, saya kira ini demand tidak terlalu besar, 1.000 MW mungkin pindah ke sana (Kaltim)," ucap Ikhsan.

Selain itu, kata Ikhsan, PLN juga akan terus berinovasi, termasuk dalam program kendaraan listrik yang sudah diteken Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

"Apalagi sudah ditandatangani perpres kendaraan listrik, ini potensi pasar luar biasa, kalau 1 juta mobil ngecharge 1 hari 3 kwh misalnya. PLN Jakarta terus berinovasi memberikan kenyaman," kata Ikhsan menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement