REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Tbk mencatat peningkatan laba selama semester I 2019. Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro, Garibaldi Thohir mengatakan, laba inti Adaro naik 38 persen pada semester I 2019 menjadi 371 juta dolar AS.
"Ini menunjukkan kinerja bisnis inti yang memuaskan dan keunggulan operasional di tengah ke tidakpastian ekonomi makro dan pasar batu bara yang fluktuatif," kata Garibaldi dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (22/8).
Pendapatan usaha naik 10 persen tahun ke tahun menjadi 1,2 miliar dolar AS. Hal itu tercapai berkat dukungan pertumbuhan produksi dan volume penjualan.
Produksi Adaro pada semester I 2019 naik 18 persen (year on year/yoy) menjadi 28,47 Mt, sementara penjualan batu bara naik 21 persen (yoy) menjadi 28,77 Mt. Tingginya permintaan untuk batu bara Adaro selama periode tersebut dan kinerja operasi yang tinggi mendukung peningkatan tersebut.
Garibaldi memastikan, selama ini disiplin biaya terus diterapkan perusahaan demi mempertahankan margin keuntungan yang sehat. Meskipun begitu, Garibaldi menuturkan, Adaro tetap harus waspada terhadap perkembangan industri pada tahun ini.
Dia menambahkan, Adaro masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara dalam jangka panjang. Model bisnis kami terbukti tangguh dalam menghadapi siklikalitas industri ini dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola pasar di jangka pendek, kata Garibaldi.
Garibaldi menegaskan, Adaro tetap berkomitmen terhadap penciptaan nilai yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan. Hal tersebut juga meliputi kontribusi dalam bentuk royalti dan pajak kepada pemerintah.
Royalti yang dibayarkan ke pemerintah naik 12 persen secara tahun ke tahun menjadi 189 juta dolar AS. Hal ini didukung oleh kenaikan pendapatan usa ha. Adaro berupaya terus memberikan kon tribusi positif untuk pembangunan negara dan mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Secara total, pada semester I 2019, Adaro membayar 356 juta dolar AS dalam bentuk royalti dan pajak penghasilan badan.
Adaro mencatat, EBITDA operasional semester sa tu 2019 yang solid sebesar 691 juta dolar AS. Angka tersebut menunjukkan peningkatan dari 593 juta dolar AS. Selain itu, Adaro juga memper tahankan margin EBITDA operasional yang tinggi pada tingkat 39 persen.
"Hal ini sesuai dengan panduan EBITDA untuk satu tahun yang berkisar 1 dolar AS hingga 1,2 miliar dolar AS," tutur Garibaldi. Selain itu, posisi keuangan Adaro juga tetap sehat dengan saldo kas sebesar 895 juta dolar AS.
Truk membawa batubara di area pertambangan PT Adaro Indonesia di Tabalong, Kalimantan Selatan, Selasa (17/10).
Sebelumnya diberitakan, Adaro saat ini juga fokus melakukan diversifikasi bisnis dengan memperkuat sektor lain di luar tambang. Adaro berupaya memperkuat bisnis hilirisasi batu bara melalui listrik dan bisnis di sektor distribusi air.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira menjelaskan, empat pilar bisnis Adaro lainnya, yakni listrik, jasa, logistik, dan air bisa memberikan kontribusi pendapatan yang seimbang dengan tambang.
"Kontribusi dari nontambang baru 20 persen pa da EBITDA. Tapi, ke depan empat pilar utama itu kami harapkan akan berimbang porsinya. Memang secara bertahap karena banyak proyek yang masih berjalan," ujar Febriati. (rahayu subekti, ed: ahmad fikri noor)