REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) optimistis dapat menurunkan rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) di bawah 3 persen hingga akhir tahun ini. Per Agustus ini, NPL Bank Jatim berada di posisi 3,12 persen.
"Kami sedang kejar sesuai arahan otoritas, saat ini sudah turun dibandingkan per 30 Juni lalu yang mencapai 3,16 persen," ujar Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Santoso, dalam konferensi pers Public Expose 2019, Selasa (20/8).
Hadi Santoso mengatakan persoalan kredit macet menjadi salah satu alasan melambatnya pertumbuha kredit di Bank Jatim. Di satu sisi perseroan harus menurunkan kredit bermasalah agar NPL bagus. Namun di sisi lain ekspansi kredit juga diperlukan agar NPL membaik.
Menurut Hadi, salah satu upaya yang dilakukan perseroan untuk menurunkan rasio kredit macet yaitu dengan menjual NPL. Saat ini, Bank Jatim sedang melakukan due diligence untuk membahas proses penjualan NPL.
Bank Jatim juga melakukan ekspansi kredit infrastruktur seperti pembanguanan tol Probolinggo-Banyuwangi. Tahun ini, nilai pinjaman yang akan dicairkan ditargetkan bisa mencapai Rp1,2 triliun.
Bank Jatim hingga saat ini sudah menyalurkan pinjaman untuk sejumlah proyek BUMN seperti Angkasa Pura. "Kami harap loan growth bisa double digit, minimal 12-14 persen," terang Hadi.
Berdasar kinerja semester I, aset Bank Jatim tercatat mencapai Rp 68,95 triliun atau tumbuh 15,81 persen. Sedangkan laba bersih Bank Jatim tercatat Rp 816,42 miliar atau tumbuh 7,67 persen (yoy).
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jatim mencatatkan pertumbuhan 17 persen (yoy) sebesar Rp 57,93 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang signifikan tersebut menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada Bank Jatim meningkat.
Selain itu, pencapaian DPK tersebut diperkuat dengan CASA rasio Bank Jatim sebesar 69,62 persen. Selama lebih dari 15 tahun, CASA rasio bank Jatim berada di atas 65 persen.
Dari sisi pembiayaan, Bank Jatim mampu mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar Rp 34,77 triliun atau tumbuh 8,25 persen (yoy). Kredit di sektor konsumsi menjadi penyumbang tertinggi yaitu sebesar Rp 21,37 triliun atau tumbuh 4,33 persen.
"Kami optimistis bisa double digit untuk kredit. Ada potensi di korporasi," ujar Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur S.
Komposisi rasio keuangan Bank Jatim periode Juni 2019 antara lain Return on Equity (ROE) sebesar 21,30 persen, Net Interest Margin (NIM) sebesar 6,30 persen dan Return on Asset (ROA) 3,5 persen. Sedangkan Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) masih tetap terjaga di angka 63,46 persen.
Untuk mengikuti perkembangan industri 4.0, pada awal tahun ini Bank Jatim resmi meluncurkan portal e-form kredit. Di akhir maret 2019, untuk meningkatkan pelayanann nasabah di bidang digital banking, Bank Jatim memperkenalkan fasilitas terbaru berupa QR code yang diberi nama Jatimcode.
Fasilitas tersebut merupakan pengembangan fitur mobile banking Bank Jatim melalui scan QR code. Jatimcode disediakan untuk memfasilitasi nasabah milenial Bank Jatim. Jatimcode ini pun sudah diintegrasikan dengan standar QR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Sebagai informasi, Bank Jatim melakukan aksi korporasi penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada 2012 lalu dengan harga saham Rp 430 per lembar. Per hari ini, harga saham Bank Jatim sudah berada di posisi Rp 630-Rp 635 per lembar. Tahun depan, perseroan berencana akan kembali melakukan aksi korporasi penambahan permodalan.