Senin 05 Aug 2019 17:45 WIB

Bisnis dan Optimisme Pengusaha Meningkat di Kuartal Kedua

Indeks Tendensi Bisnis (ITB) kuartal kedua tahun ini lebih tinggi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (24/6).
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) kuartal kedua tahun ini sebesar 108,81, lebih tinggi dibandingkan kuartal pertama, yaitu 102,10. Artinya, kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis secara umum mengalami peningkatan. 

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, peningkatan terjadi karena sebagian besar komponen pembentukan ITB mengalami kenaikan pada kuartal kedua 2019. Di antaranya pendapatan usaha yang naik dari 101,07 menjadi 114,44. 

Baca Juga

"Kemudian penggunaan kapasitas produksi atau usaha naik, dari 101,97 ke 110,73," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (5/8).

Namun, rata-rata jumlah jam kerja mengalami penurunan. Pada kuartal pertama 2019, nilai indeksnya adalah 103,25 dan turun pada kuartal ini menjadi 101,26. Penyebabnya, Suhariyanto menjelaskan, terjadi cuti bersama yang agak panjang pada Idul Fitri. 

Dari kategori lapangan usaha, peningkatan kondisi bisnis dan optimisme pelaku bisnis paling tinggi terjadi pada Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Nilai ITBnya sebesar 128,21. Sedangkan, paling rendah dialami pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dengan nilai 91,72. 

BPS memprediksi, kondisi bisnis pada kuartal ketiga masih tetap tumbuh, namun dengan tingkat optimisme yang lebih rendah dibanding dengan kuartal kedua. "Nilai perkiraannya 105,46," ujar Suhariyanto. 

Perbaikan kondisi bisnis yang diprediksi terjadi pada kuartal ketiga 2019 disebabkan adanya peningkatan order dari dalam negeri dengan nilai indeks 115,86, Suhariyanto mengatakan, artinya, para pengusaha banyak mengharapkan order dari dalam negeri dapat menunjang kinerja perusahaan mereka. 

Sebaliknya, order dari luar negeri lebih rendah, yakni 101,10. Suhariyanto menuturkan penyebabnya adalah pelaku bisnis masih memperkirakan dampak perlambatan perekonomian global terhadap usaha mereka di Indonesia semakin kuat.

"Sehingga, mereka berharap produksinya dapat diambil alih dari dalam negeri," katanya. 

Pada kuartal ketiga, BPS memprediksi, kategori lapangan usaha dengan peningkatan kondisi bisnis dan optimisme tertinggi terjadi pada Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (nilai ITB 120,69).

Sedangkan, Pertambangan dan Penggalian (nilai ITB 96,81) diprediksi masih mengalami penurunan. Suhariyanto mengatakan, nilai di bawah 100 ini patut menjadi perhatian karena menunjukkan kondisi bisnis pada kuartal berjalan lebih buruk atau menurun dibanding dengan kuartal sebelumnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement