Di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, Huawei memilih untuk lebih fokus untuk memajukan teknologi. Perusahaan pun menyampaikan independensinya di tengah kondisi tersebut.
Chief Technology Officer Huawei Indonesia, Vaness Yew menyampaikan, perusahaannya fokus dalam berbisnis. Mereka pun menjaga hubungan kemitraan dengan perusahaan global, termasuk yang berasal dari AS.
"Kami berhubungan baik dengan dengan perusahaan global, termasuk perusahaan AS. Kami tak menduduki posisi politik apapun, kami fokus berbisnis," kata Vaness saat ditemui di bilangan Sarinah, Jakarta, Rabu (31/7/2019).
Baca Juga: Kapan Indonesia Adopsi Jaringan 5G? In Kata Huawei
Perusahaan yang berdiri pada 1987 itu pun akan mengikuti aturan tiap negara tempat bisnisnya beroperasi, termasuk di AS dan tentunya, Indonesia.
Ia menyampaikan, "Kami berbisnis secara internasional, jadi kami akan ikuti aturan di tiap negara, termasuk Indonesia."
Direktur ICT Strategy Huawei Indonesia, Mohamad Rosidi pun sependapat dengan rekannya. Menurutnya, Huawei membedakan bisnis dan politik.
"Kami purely memajukan teknologi ini, bagaimana caranya memberikan benefit untuk pelanggan. Kami sangat membedakan bisnis dan politik. Itu standing point kami," kata Rosidi.
Baca Juga: Pendapatan Huawei Tumbuh 23,2% secara Global, di Indonesia?
Sebelumnya, pada Mei lalu, Huawei sempat dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh Departemen Perdagangan AS sebagai salah satu dampak perang dagang. Namun, sang pemimpin negeri paman sam dikabarkan akan mengurangi pembatasan tersebut.
Belum lama ini, Trump sempat menemui beberapa pemimpin perusahaan teknologi, meliputi Western Digital Corp, CEO Cisco Systems Inc, Intel Corp, Broadcom Inc, Qualcomm Inc, Alphabet Inc untuk membicarakan paten produk.