Rabu 31 Jul 2019 12:09 WIB

Dampak Perang Dagang, Laba Samsung Turun 56 persen

Perang dagang membuat bisnis elektronik terganggu, terutama bisnis chip Samsung.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Samsung
Foto: EPA
Samsung

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Samsung Electronics menyatakan pembatasan Jepang pada ekspor bahan pembuatan chip menurunkan perkiraan outlook-nya. Perusahaan juga akan menunda rencana untuk membayar dividen kepada pemegang saham karena tantangan baru yang signifikan.

Raksasa teknologi Korea Selatan ini membukukan penurunan laba 56 persen pada kuartal Juni karena kelebihan pasokan chip memori terus membebani harga. Penurunan laba dan prospek yang tidak pasti membayangi optimisme perusahaan bahwa pasar chip telah mencapai titik terendah dan akan mulai pulih di babak kedua. Saham Samsung turun hampir 3 persen, berkinerja buruk di pasar yang lebih luas.

"Selain ketidakpastian yang sudah tinggi yang disebabkan oleh konflik perdagangan global yang berkepanjangan, lingkungan eksternal mengenai bisnis komponen kami baru-baru ini berada di bawah tantangan baru yang signifikan," kata Robert Yi, kepala hubungan investor Samsung.

Seperti perusahaan teknologi global lainnya, Samsung telah dirugikan oleh perang dagang yang berlangsung lama antara Amerika Serikat dan China. Perselisihan yang meningkat antara Jepang dan Korsel kemungkinan akan menekan hasil kuartal ketiga.

Samsung, juga pembuat smartphone terbesar di dunia, mengatakan bisnis selulernya tetap lemah. Sahamnya, yang telah naik 20 persen sepanjang tahun ini, turun 2,6 persen, sedangkan pada pasar yang lebih luas turun 0,9 persen.

Perusahaan memproyeksikan bahwa persediaan chip NAND, yang menyediakan penyimpanan data jangka panjang, sudah mulai turun secara signifikan. Perseroan mengatakan pelanggan server juga membeli lebih banyak chip DRAM mulai akhir kuartal kedua. Chip DRAM menyediakan ruang kerja sementara bagi perangkat dan memungkinkannya untuk multi-task.

Laba operasional dalam bisnis chip Samsung, penghasil terbesarnya, anjlok 71 persen menjadi 3,4 triliun won, dari 11,6 triliun won setahun sebelumnya. Bisnis seluler membukukan keuntungan 1,6 triliun won dalam kuartalan, turun 42 persen dari tahun lalu, terbebani oleh penjualan lebih lambat model andalan dan peningkatan biaya pemasaran.

Pengiriman smartphone global turun 3 persen pada kuartal kedua, menurut perusahaan riset Strategy Analytics. Sementara Samsung meningkatkan pengiriman sebesar 6,7 persen dan tetap di atas dengan pangsa pasar 22 persen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement