Senin 29 Jul 2019 18:11 WIB

Penjualan Obligasi SBR007 Lampaui Target Indikatif

Kelompok baby boomers menjadi pemesan terbanyak SBR007

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan  Luky Alfirman dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penjualan produk surat berharga Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR007 mencapai Rp 3,21 triliun selama masa penawaran 11 hingga 25 Juli 219. Nominal tersebut lebih tinggi dari target indikatif yang ditetapkan Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Ditjen PPR).

Direktur Surat Utang Negara Ditjen PPR Kemenkeu Srinaita Ginting menjelaskan, sebanyak 9.956 investor termasuk sebagai investor baru. Hal ini menunjukkan bahwa literasi investasi masyarakat semakin meningkat, termasuk terhadap keberadaan SBR.

Baca Juga

Menariknya lagi, Loto menambahkan, dari total investor baru tersebut, sebanyak 55,05 persennya adalah generasi milenial atau mereka yang lahir di periode 1980 hingga 2000. "Ini menunjukkan, saat ini, generasi muda semakin sadar untuk berinvestasi sejak dini," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (29/7).

Sementara itu, dari keseluruhan investor, generasi milenial masih mendominasi, yaitu 50,85 persen. Adapun dari sisi volume pemesanan, kelompok Baby Boomers (kelahiran 1965 hingga 1979) merupakan yang terbesar. Kontribusi mereka mencapai 41,73 persen dari total volume pemesanan atau Rp 1,34 triliun.

Sebaliknya, di samping investor baru yang jumlahnya siginifikan, tidak sedikit investor yang selalu membeli SBR di setiap masa penerbitannya. Terdapat 229 investor yang kembali membeli SBR007 sejak pemerintah menerbitkan SBR secara online.

Dari total investor, jumlah investor ritel terbesar adalah yang melakukan pemesanan pada rentang Rp 1 juta sampai dengan Rp 100 juta, yakni mencapai 68,98 persen. Sementara itu, rata-rata volume pemesanan per investor adalah Rp 214,08 juta. “Turun dari rata-rata volume pemesanan di penerbitan SBR sebelumnya yang mencapai Rp 237,31 juta,” ujarnya.

Dengan keamanan, kemudahan dan harga terjangkau dari SBR007, masyarakat yang baru mulai belajar berinvestasi memilih SBR sebagai instrumen investasinya. Hal ini terlihat dari jumlah investor dengan pemesanan Rp 1 juta mencapai 1.006 investor dengan total volume pemesanan Rp 1 miliar.

"Capaian positif tersebut diharapkan terus berlangsung di tengah upaya Pemerintah untuk memperluas basis investor di dalam negeri dalam rangka pendalaman pasar keuangan domestik," kata Loto.

Berdasarkan kelompok profesi, jumlah investor terbesar adalah pegawai swasta yang mencapai 38,43 persen. Kelompok wiraswasta dan PNS/TNI/Polri masing-masing sebesar 19,14 persen dan 10,29 persen.

Adapun berdasarkan volume pemesanan, kelompok profesi Wiraswasta adalah yang terbesar mencapai 36,68 persen. Nilai ini disusul oleh Pegawai Swasta dan Ibu Rumah Tangga masing-masing sebesar 28,46 persen dan 13,70 persen.

Sebelumnya, Kemenkeu menargetkan penjualan SBR007 dapat mencapai Rp 2 triliun. Nominal ini masih sama dengan seri sebelumnya, meskipun kupon dan spread yang ditawarkan lebih rendah, yakni minimal 7,5 persen dan spread 150 basis poin.

Direktur Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Luky Alfirman menuturkan, penetapan kupon dan spread yang lebih kecil tersebut mengacu pada kondisi ekonomi saat ini. Di antaranya pernyataan Bank Sentral AS The Fed yang cenderung dovish.

Kondisi tersebut mengakibatkan adanya penurunan suku bunga atau yield obligasi yang cukup signifikan. Artinya, pemerintah harus melakukan penyesuaian juga. "Kalau (kupon) terlalu rendah, tidak laku. Kalau terlalu tinggi, beban pemerintah terlalu besar," ujar Luky ketika ditemui dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement