REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kurs dolar AS berada pada posisi bertahan di perdagangan Asia pada Jumat (19/7) pagi. Tren pelemahan dolar AS terjadi setelah pejabat Federal Reserve mendukung ekspektasi penurunan suku bunga agresif bulan ini untuk mengatasi tekanan harga yang melemah.
Pada konferensi bank sentral Kamis (18/7), Presiden Fed New York, John Williams berpendapat menjalankan langkah-langkah pre-emptive guna menghindari keharusan berurusan dengan inflasi dan suku bunga yang terlalu rendah. Namun, seorang perwakilan Fed New York kemudian mengatakan komentar Williams bersifat akademis dan bukan tentang arah kebijakan langsung.
Dolar AS berada di 107,42 yen, naik 0,15 persen pada awal perdagangan, setelah mencapai level terendah tiga minggu di 107,21 yen pada Kamis (18/7). Sementara, euro tergelincir 0,15 persen menjadi 1,12555 dolar AS dari 1,1282 dolar AS. Pada minggu ini, dolar AS turun 0,4 persen versus yen dan hampir datar pada euro.
Indeks dolar AS yang mencapai level terendah dua pekan di 96,648, melambung ke 96,824. Greenback turun secara luas pada Kamis (18/7) setelah pernyataan Williams mendukung spekulasi bahwa Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin, bukan 25 basis poin.
Williams mengatakan ketika suku bunga dan inflasi rendah, para pembuat kebijakan tidak bisa tetap berhati-hati dan menunggu masalah ekonomi potensial terwujud. "Itu terutama benar dengan suku bunga netral yang tidak akan membatasi atau mempercepat ekonomi AS sekitar setengah persen," katanya.
Ketika disesuaikan dengan inflasi, suku bunga netral berada di dekat tingkat kebijakan Fed saat ini, yang berada dalam kisaran 2,25-2,50 persen.
Tetap saja, pandangan penurunan suku bunga Williams digemakan oleh Wakil Ketua Fed Clarida, yang mengatakan kepada Fox Business Network bahwa bank sentral mungkin harus bertindak lebih awal dan tidak menunggu sampai keadaan semakin memburuk. "Komentar Williams secara mengejutkan dovish. The Fed NY berusaha keras untuk mengubah pesan tetapi tampaknya tidak ada yang melakukannya untuk Clarida, yang juga mengatakan hal yang sangat mirip," kata Daisuke Uno, kepala strategi di Sumitomo Mitsui Bank.