REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Optimisme terhadap pertumbuhan pasar semen domestik kembali membuncah. Setelah sempat mengalami kelesuan dan penurunan penjualan pada semester pertama, tahun 2019, semester kedua diharapkan membaik dan memperbaiki kelesuan pasar semen.
Hal ini terungkap dalam dialog “Proyeksi Pembangunan Infrastruktur dan Properti Jawa Tengah 2019", yang digelar dalam rangka Halalbihalal PT Semen Indonesia dengan wartawan Jawa tengah, yang digelar di hotel Grand Arkenso Parkview, Semarang, Selasa (2/7) malam lalu. General Manager (GM) of Corporate Communication PT Semen Indonesia Tbk, Sigit Wahono, mengatakan secara umum di semester satu tahun 2019 ini pasar semen nasional memang mengalami penurunan, sekitar empat persen.
Untuk Semen Indonesia di Jawa Tengah yang paling terasa adalah penurunan di produk semen curah. “Sehingga total di Jawa Tengah penjualan kita (Semen Indonesia) sampai dengan bulan Mei 2019-- tercatat mencapai 1,25 juta ton,” jelasnya.
Jumlah ini, turun hampir 25 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang tercatat mencapai 1,6 juta ton. Sedangkan dari PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), secara produksi dari tahun sebelumnya di 640 ribu ton turun sekitar 9,4 persen, menjadi sekitar 580 ribu ton.
Menurutnya, kondisi kelesuan pasar semen pada semester satu memang menjadi fenomena. Hal ini dipicu oleh proyek infrastruktur dan proyek swasta yang belum mulai di awal tahun juga belum mulai dan proyek tahun sebelumnya sudah seklesai.
Kebetulan pada semester satu tahun 2019 ini, juga ditambah lagi dengan adanya hajat pesta demokrasi yang membuat para investor cenderung menunggu kondisi yang relatif lebih tenang. “Namun setelah Pemilu selesai ternyata masih ada Hari raya idul Fitri dan libur panjang, sehingga masa tunggu tersebut juga semakin bertambah panjang,” lanjutnya.
Sigit juga mengungkapkan, para pemain semen ini berharap di semester kedua tahun ini ada reborn terhadap kondisi perekonomian yang akan berpengaruh kembali pada pembangunan infrastruktur maupun properti. “Jadi mungkin memang seperti itu, kondisi perekonomian di Jawa Tengah sendiri penjualan kita mengalami penurunan, tetapi harapannya kondisi yang disebabkan oleh fenomena tahunan di semester satu ini dapat kita perbaiki di semester kedua,” tandasnya.
Perihal prospek perbaikan atas situasi pasar semen di semester kedua, juga diungkapkan oleh Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Tengah, MR Prijanto, yang juga menjadi pemateri dalam dialog kali ini.
Menurutnya, masih terbuka bagi pemain semen, untuk memperbaiki kelesuan yang sempat terjadi pada semester pertama tahun ini. Ia mengungkapkan, sebagai gambaran untuk Jawa Tengah, kekurangan hunian masih mencapai 844 ribu unit atau 10 persen dari kebutuhan hunian nasional.
Tugas REI yang paling utama membangun perumahan. Untuk REI Jawa Tengah yang utama menyediakan rumah untuk Polri, rumah untuk PNS, perumahan di kawasan industri, perumahan untuk pekerja sektor informal.
Disamping itu juga membangun kota baru, kalau di Semarang seperti BSB, KEK Kendal, kawasan strategis pariwisata di Borobudur. “Sedangkan apa yang dibangun oleh REI ini jenisnya juga cukup banyak, ada rumah sejahtera tapak, rumah menengah, rusun, apartemen, hotel dan lainnya, seperti rumah sakit dan pergudangan,” jelasnya.
Tahun 2019 ini, jelasnya, berapa yang akan dilakukan oleh REI Jawa Tengah, kami akan membangun dan sudah siap 11.031 unit untuk rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari total yang ditugaskan REI Pusat sebanyak 200 ribuan rumah MBR.
Kemudian yang nonMBR, dalam tiga tahun terakhir REI Jateng bisa membangun rumah mencapai 27 ribu unit selama tiga tahun. Atau rata- rata tiap tahun ini 10 ribu unit rumah non MBR.
Sedangkan nonsubsidi (membangun rumah menengah), apartemen totalnya 2.800 unit. Dengan asumsi ini, setiap REI membangun perumahan material yang diperlukan cukup banyak. Khusus untuk membangun rumah MBR saja, dibutuhkan 40 sampai 50 sak semen per rumah.
“Jadi kalau misalnya kami membangun 10 ribu saja, kira- kira butuh 500 ribu sak kebutuhannya khusus untuk MBR. Ini belum kebutuhan pembangunan rumah yang non MBR, apartemen dan lainnya,” kata Prijanto.
Di luar bangunan rumah, lanjutnya, di lahan tersebut juga butuh pembanunan jalan lingkungan. Jalan lingkungan sekarang hampir semua mensyaratkan jalan beton yang memerlukan readymix atau semen sak.
“Sehingga kebutuhan semen untuk Jawa Tengah kami perkirakan untuk perumahan dan jalan saja bisa mencapai 1 juta sak, tersebar di seluruh Jawa Tengah,” tandasnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Arief Julianto menyampaikan, kelesuan investasi belum berpengaruh terhadap kebutuhan tempat tinggal. “Pun demikian jika otoritas Bank Indonesia melakukan kebijakan suku bunga bank,” katanya.