Rabu 03 Jul 2019 00:40 WIB

Pengamat: Duopoli Maskapai Boleh Asal Pangsa Pasar Terpenuhi

Kondisi dan aturan permainan maskapai harus diatur dan ditata agar adil.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah penumpang berjalan menuju pesawat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Senin (1/7).
Foto: Abdan Syakura
Sejumlah penumpang berjalan menuju pesawat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Senin (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat penerbangan sekaligus Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra Arivin menilai duopoli maskapai boleh saja terjadi. Hanya saja menurutnya hal tersebut harus dilihat lebih dalam dampaknya kepada pemenuhan kebutuhan penerbangan. 

"Saya kira harus dilihat dulu kondisi yang disebut duopoli tersebut dalam bentuk cerminan pemenuhan kebutuhan pasar," kata Ziva kepada Republika.co.id, Selasa (2/7). 

Baca Juga

Dia menjelaskan harus dilihat kembali apakah seluruh pangsa pasar sudah terakomodasi meski terjadi duopoli maskapai. Ziva menuturkan atau masih menyisakan ruang untuk pengembangan atau penambahan maskapai baru di Indonesia. 

Bila masih ada ruang yang belum terakomodasi oleh maskapai-maskapai lokal yang ada, menurut nya layak dibuka peluang untuk maskapai baru. "Tentunya kondisi serta peraturan permainan juga harus ditata agar adil dan rapi," ujar Ziva. 

Selain itu, Ziva menilai persoalan pemain baru berupa maskapai lokal atau asing kembali ke peluang serta minat investor yang terkait. Dengan begitu, jika Garuda Indonesia Group dan Lion Air Group dianggap melakukan duopoli namun pangsa pasar masaih terakomodir maka tidak masalah. 

"Ambil contoh saja Jepang, Malaysia, dan Australia juga terjadi duopoli. Selama persaingannya sehat dan tidak ada pelanggaran baik dari praktik usaha maupun aspek dan keselamatan penerbangan, saya kira tidak masalah," jelas Ziva. 

Di sisi lain, Ziva melihat bukan berarti buruk jika ada maskapai lain yang bisa menimbulkan persaingan sehat di Indonesia. Diia yakin semakin banyak pemain maka akan semakin seru dan dinamis persaingan maskapai di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement