Selasa 02 Jul 2019 04:51 WIB

ASITA Siap Datangkan 20 Juta Wisman ke Indonesia

Dari kunjungan wisman, pemerintah menargetkan perolehan devisa 18,5 miliar dolar AS

Sejumlah turis asing asal Republik Ceko praktek membuat batik di Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (20/3/2019).
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah turis asing asal Republik Ceko praktek membuat batik di Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (20/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pelaku industri perjalanan wisata yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menyatakan siap mendukung pemerintah dalam mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Target tersebut diharapkan bisa tercapai pada 2020.

"ASITA siap mendukung program promosi Kementerian Pariwisata dalam meraih target kunjungan 20 juta wisman. Kami akan menggencarkan promosi paket-paket inbound untuk mendatangkan kunjungan wisman dari border tourism," kata Ketua Umum ASITA Nunung Rusmiatidi Jakarta, Senin (1/7).

Baca Juga

Sementara itu Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan pemerintah menetapkan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun depan dengan proyeksi perolehan devisa sebesar 18,5 miliar dolar AS.

Untuk mencapai target 20 juta wisman dilakukan strategi super extra ordinary meliputi border tourism, tourism hub , dan low cost terminal. ''Border tourism harus kita seriusi karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara tetangga," kata Arief Yahya.

Menpar menilai dengan mendatangkan wisman dari perbatasan melalui program cross border tourism dari negara tetangga relatif lebih mudah karena faktor kedekatan (proximity) secara geografis wisman. Program tersebut relatif lebih mudah, cepat, dan murah untuk bisa dilakukan di Indonesia.

Selain itu faktor kedekatan kultural/emosional, serta pertimbangan pasar yang sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia.

Nunung Rusmiati menjelaskan, pada rembuk nasional ASITA kali ini juga diusulkan rekomendasi kepada pemerintah terkait masalah harga tiket pesawat domestik. Harga tiket pesawat domestik sekarang ini, menurut Rusmiati, memang sudah relatif turun.

"ASITA menyarankan kepada pemerintah supaya ada ''sub classes'' walaupun jumlahnya tidak banyak. Pada periode arus mudik kemarin maskapai menaikkan harga di level TBA (Tingkat Batas Atas) tanpa ada subkelas harga. Kami minta pasca-lebaran ini maskapai dapat membuka subkelas harga," paparnya.

ASITA mencatat penurunan harga tiket pesawat domestik terakhir kali terjadi saat pemerintah menurunkan tarif batas atas sebesar 12-16 persen pada Mei 2019. Ketika itu seluruh maskapai full service, medium service, dan low cost carrier (LCC) menurunkan harga.

Adanya penurunan harga tersebut, diakui Rusmiati, membuat kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi pariwisata mulai meningkat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement