REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga Surat Utang Negara (SUN) berpotensi melemah. Katalis negatif bagi perdagangan SUN hari ini, berasal dari hilangnya kemungkinan pemotongan suku bunga acuan The Fed secara signifikan sebesar 50 bps pada FOMC Meeting akhir Juli nanti.
Indikasi yang disampaikan oleh Presiden The Fed James B Bullard tersebut, berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar saat ini. Suku bunga acuan diprediksi akan diturunkan hingga ke kisaran 1,75-2,00 persen dibandingkan dengan level saat ini sebesar 2,25-2,50 persen.
"Merespon pernyataan salah satu pejabat The Fed tersebut, indeks dolar AS meningkat ke kisaran 96,16 poin dibandingkan dengan hari sebelumnya di kisaran 95,98 poin sementara yield 10 tahun US Treasury naik tipis ke kisaran 2 persen, sebelumnya di kisaran 1,9 persen," kata Analis Fixed Incone Mirae Asset Sekuritas Indonesia Dhian Karyantono, Rabu (26/6).
Selain itu, menurut Dian, katalis negatif bagi pergerakan harga SUN juga berasal dari pergerakan harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan terakhir harga minya dunia naik kurang lebih sebesar 1,83 persen ke kisaran 58,96 dolar AS per barel (WTI) merespon turunnya inventori minyak mentah AS pada minggu ke tiga bulan ini.
Dian memproyeksi bahwa pelemahan harga SUN diperkirakan terjadi hingga penutupan perdagangan. Untuk itu, investor tidak direkomendasikan intraday trading dalam perdagangan hari ini.
Untuk orientasi Long-Term Trading hari ini, Dian merekomendasikan investor untuk aksi jual seri FR0059, FR0078, FR0068, FR0072, FR0075, FR0079, PBS014, dan PBS019. Di sisi lain, investor direkomendasikan untuk melakukan aksi beli seri PBS021, PBS022, dan PBS015.