Jumat 21 Jun 2019 11:02 WIB

Rupiah Akhir Pekan Diprediksi Melemah

Rupiah melemah setelah dua hari berturut-turut mengalami penguatan.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menunjukkan uang rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Pekerja menunjukkan uang rupiah dan Dollar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (28/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini diprediksi sedikit melemah setelah dua hari berturut-turut menguat. Kurs rupiah pada Jumat (21/6) pagi menguat 61 poin atau 0,43 persen menjadi Rp 14.122 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp 14.183 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan mata uang utama Asia seperti dolar Hong Kong dan dolar Singapura terhadap dolar AS bisa menjadi sentimen penguatan rupiah hari ini. "Tetapi rupiah sudah menguat dalam dua hari ini, kemungkinan hari ini sedikit melemah," ujar Lana.

Baca Juga

Dari domestik, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan suku bunga 7-Days Reverse Repo Rate tetap sebesar 6 persen, begitu pun suku bunga fasilitas deposito dan pinjaman juga tetap. Keputusan tetap ini dengan mempertimbangkan potensi transaksi berjalan yang defisitnya bisa melebar pada kuartal II 2019, walaupun BI perkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019 akan melambat akibat kinerja ekspor yang turun.

Keputusan tetap ini juga mempertimbangkan keputusan Fed Fund Rate (FFR) yang tetap oleh bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), pada pertemuan FOMC 18-19 Juni 2019. Dengan demikian BI menjaga selisih (spread) suku bunga BI dengan FFR tetap.

Namun, BI memberikan sinyal ruang suku bunga turun masih terbuka yang kemungkinan akan diambil ketika ada konfirmasi suku bunga the Fed turun.

Lana memprediksi rupiah hari ini berpotensi melemah menuju kisaran antara Rp 14.180 sampai Rp 14.200 per dolar AS. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah menguat menjadi Rp 14.116 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp 14.236 per dolar AS.

Analis Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menyatakan keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga pada level 6 persen merupakan kebijakan yang tepat. "Kami juga percaya kebijakan untuk mempertahankan suku bunga saat ini merupakan kebijakan yang tepat untuk pertahanan nilai mata uang Rupiah terhadap dolar," ujarnya kepada Republika.

Dia menambahkan, kebijakan mempertahankan suku bunga juga dapat meningkatkan likuiditas dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis poin dapat sedikit membantu likuiditas perbankan. Sehingga, ini dapat kembali mendorong pertumbuhan kredit perbankan.

"Penurunan GWM tersebut diperkirakan dapat menambah likuiditas perbankan sebesar Rp 25 triliun," ungkapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement