REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas (ratas) bidang ekonomi di istana, Rabu (19/6). Dalam ratas yang secara spesifik membahas tentang investasi, kinerja perdagangan, dan perpajakan kali ini, Jokowi sempat menegur para menterinya tentang minimnya gebrakan dalam hal investasi dan perizinan. Ia secara gamblang meyebut bahwa dalam dua hal yang saling berkaitan tersebut, jajarannya belum melakukan inovasi yang cukup berarti.
"Kegiatan investasi, urusan perizinan, nggak ada tendangannya apa-apa, menurut saya sampai saat ini. Investor juga nggak," ujar Presiden di hadapan para menterinya, Rabu (19/6).
Jokowi mengingatkan, sejak awal kepemimpinannya dirinya sudah memasang target untuk memperbaiki kinerja investasi, meningkatkan ekspor, dan reformasi di sektor perpajakan. Baginya, ekspor dan investasi adalah kunci utama dalam menyelesaikan defisit neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan. Dua poin tersebut memang masih mengalami defisit hingga saat ini.
"Sehingga harapan terakhir saya minta kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan ekspor betul-betul konkrit, betul-betul dieksekusi. Benar-benar kita mendengar dari kesulitan dari apa yang dialami oleh pelaku," katanya.
Mengutip data Bank Indonesia (BI), defisit neraca transaksi berjalan (CAD) pada kuartal I 2019 sebesar 7,0 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB), turun dari 9,2 miliar dolar AS atau 3,6 persen pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, kinerja perdagangan Indonesia merosot pada April 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan pada bulan lalu mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS. Ini rekor defisit terparah sejauh ini. Padahal, neraca dagang sempat surplus 540 juta dolar AS pada Maret 2019.