Selasa 11 Jun 2019 06:05 WIB

OJK: Risiko Utang Indonesia Lebih Rendah

Dengan peringkat baru dari S&P diharapkan kepercayaan investor meningkat.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia menggelar Halalbihalal di Komplek Bank Indonesia, Jakarta, Senin (10/6).
Foto: Republika/Novita Intan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia menggelar Halalbihalal di Komplek Bank Indonesia, Jakarta, Senin (10/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah gejolak ekonomi global yang dipicu perang dagang Amerika Serikat dan Cina, pekan lalu Standard and Poor’s (S&P) merilis peningkatan peringkat kredit Indonesia. Lembaga pemeringkat global ini menyematkan BBB dengan outlook stabil dari sebelumnya BBB-.

Sejumlah kalangan merespons positif, salah satunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai pencapaian rating tersebut menarik kepercayaan para investor menanamkan investasinya di Indonesia.

Baca Juga

“Dampaknya pasti bagus dengan kepercayaan ini. Ada competitiveness index kita lebih tinggi, artinya risiko kita bisa dipersepsikan lebih rendah,” ujarnya usai Halalbihalal di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (10/6).

Menurutnya pencapaian rating ini juga membuat pelaku bisnis lebih percaya berbisnis di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendorong aliran dana masuk ke Indonesia.

“Foreign Direct Investment (FDI) kita harus genjot secara serius, agar ada inovasi baru dalam industri untuk mendorong ekspor yang notabene masih banyak upaya yang harus kita lakukan,” jelasnya.

Wimboh menambahkan, saat ini Indonesia harus berupaya menggenjot inovasi baru dalam produk industri. Hal ini dapat mendorong ekspor serta meningkatkan kualitas tenaga kerja untuk industri ekspor. 

“Industri di Indonesia juga harus mengurangi tekanan produk impor, yang tentunya apabila tidak ada (barang) yang dibuat di Indonesia pasti kita akan impor. Ini berat terhadap cadangan devisa kita ke depan,” ungkapnya.

Menurut Wimboh ada beberapa sektor yang dapat meningkatkan cadangan devisa Indonesia, seperti sektor perikanan, sektor pariwisata dan sektor agrikultur. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki potensi besar untuk mendorong ekspor.

Apalagi, sektor pariwisata yang semakin membaik mulai dari tempat wisata hingga infrastruktur yang sudah memadai. Semisal, jalur tol Trans Jawa yang memudahkan masyarakat untuk sampai ke tempat tujuan.

“Sektor pariwisata luar biasa, turisme kita disini bagus dan murah lagi, tidak ada di tempat lain. Sektor agrikultur kita bisa olah dengan baik buah-buahan maupun sayuran, yang bisa kita ekspor dalam kaleng,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement