Jumat 07 Jun 2019 14:35 WIB

Utang Publik AS Ada di Jalur yang tak Berkelanjutan

IMF memperkurakan ekonomi AS 2,6 persen pada tahun ini.

Managing Director dan Chairwoman Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde
Foto: AP
Managing Director dan Chairwoman Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utang publik (pemerintah) Amerika Serikat berada pada jalur yang tidak berkelanjutan. Penyesuaian kebijakan diperlukan untuk menurunkan defisit fiskal. Negara juga perlu menempatkan utang publik pada jalur menurun bertahap dalam jangka menengah.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan ekspansi fiskal pemerintah AS telah mendukung kegiatan ekonomi, tetapi ini harus dibayar dengan terus meningkatnya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB). Berdasarkan proposal anggaran untuk tahun fiskal 2020 yang dikirim Presiden Donald Trump ke Kongres pada Maret, defisit diperkirakan akan mencapai sekitar satu triliun dolar AS untuk tahun fiskal 2020, Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan pada Mei.

Utang federal yang dipegang oleh publik akan sama dengan 87 persen dari PDB pada 2029 di bawah anggaran presiden. CBO mengatakan, utang federal pada tahun ini berada di level 78 persen.

"Setiap paket yang berhasil kemungkinan akan memerlukan langkah-langkah untuk mengatasi peningkatan yang diperkirakan dalam pengeluaran untuk jaminan kesehatan dan sosial, guna menaikkan pajak tidak langsung, dan untuk melembagakan pajak karbon federal," Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan pada konferensi pers Kamis (6/6).

Dalam pernyataan itu, IMF memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh pada tingkat 2,6 persen tahun ini, sebelum moderat menjadi 1,9 persen pada 2020. Perkiraan tersebut hanya mempertimbangkan tarif yang telah diberlakukan, dan tidak memperhitungkan tarif AS yang diusulkan pemerintah terhadap para mitra dagangnya.

Memperhatikan bahwa ada banyak hal positif dalam hasil ekonomi makro, Lagarde mengatakan IMF khawatir manfaat dari ekspansi selama satu dekade ini, secara umum, tidak  terbagikan seluas seperti yang seharusnya. "Harapan hidup rata-rata telah cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir, polarisasi pendapatan dan kekayaan telah meningkat, mobilitas sosial terus-menerus terkikis, hasil pendidikan dan kesehatan tidak optimal, dan sementara tingkat kemiskinan turun, itu tetap lebih tinggi daripada di negara maju lainnya," kata ketua IMF.

Lagarde melanjutkan, diperlukan lebih banyak perhatian untuk meningkatkan pertumbuhan inklusif ke hasil sosial yang lebih sejalan dengan perkembangan ekonomi makro yang baik. Ia menyoroti kebijakan seperti melembagakan cuti keluarga berbayar, memperluas Kredit Pajak Penghasilan, dan membantu keluarga yang bekerja dengan anak dan perawatan kertergantungan.

Meskipun prospek positif jangka pendek untuk ekonomi AS, IMF mengatakan pendalaman sengketa perdagangan yang sedang berlangsung atau pembalikan mendadak dari kondisi pasar keuangan ebullient baru-baru ini merupakan "risiko material" terhadap ekonomi AS. "Risiko-risiko ini saling terkait dengan ketidakpastian kebijakan perdagangan, faktor penting untuk kondisi keuangan domestik dan global serta untuk keputusan investasi bisnis," kata IMF.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement