REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed mengindikasikan penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Gubernur The Fed, Jerome Powell telah menyampaikan perang dagang dikhawatirkan membawa dampak buruk berkelanjutan pada perekonomian AS.
Dilansir CNBC, The Fed pada Rabu (5/6) dilaporkan telah mengumpulkan rekomendasi dari sejumlah perusahaan di seluruh negeri. Mereka menyatakan butuh stimulus taktis untuk menggeliatkan pertumbuhan aktivitas ekonomi.
Powell mengatakan The Fed akan mengambil langkah untuk mengatasi hal ini segera. Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara menilai pernyataan itu sudah jelas berarti penurunan suku bunga.
"Statementnya clear," kata Bhima pada Republika.co.id, Kamis (6/6).
Ia memprediksi penurunan suku bunga bisa terjadi pada semester II tahun ini melihat tren inflasi dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) AS. Dengan efek perang dagang, Bhima menilai The Fed bakal menurunkan sekitar 25 basis poin (bps).
Sebelum The Fed menurunkan suku bunga ini, ia mengimbau Bank Indonesia untuk lebih dulu menurunkan suku bunga acuan. Ini karena rupiah pun relatif stabil.
"Tidak ada alasan bagi BI untuk tahan bunga lebih lama," kata Bhima.
BI diharapkan bisa segera potong suku bunga sekitar 25-50 bps. Sehingga bisa membawa relaksasi bagi suku bunga kredit bank dan meringankan beban pengusaha.